Thailand Siap Menerima 100.000 Orang Yang Melarikan Diri Dari Myanmar
BANGKOK, SATUHARAPAN.COM-Thailand siap menerima 100.000 orang yang melarikan diri dari Myanmar, kata Menteri Luar Negeri di Bangkok pada Selasa (9/4), ketika pertempuran di dekat kota perbatasan penting terus berlanjut.
Thailand berbagi perbatasan sepanjang 2.400 kilometer (1.490 mil) dengan Myanmar, yang telah terlibat dalam perang saudara sejak junta menggulingkan pemerintah yang terpilih secara demokratis pada tahun 2021.
Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Myanmar menghadapi ancaman terburuknya ketika pertempuran dari kelompok anti-junta melanda wilayah yang sebelumnya damai di negara tersebut.
“Kami telah mempersiapkannya untuk sementara waktu dan kami dapat menampung sekitar 100.000 orang di wilayah aman Thailand untuk sementara,” kata Menteri Luar Negeri, Parnpree Bahiddha-Nukara.
Thailand bukan negara penandatangan Konvensi Pengungsi PBB, dan tidak membedakan antara pengungsi dan migran lainnya.
Selama akhir pekan ada laporan lokal mengenai bentrokan hebat di dekat kota Myawaddy, di seberang perbatasan kota Mae Sot, Thailand.
Gelombang pertempuran yang terjadi secara berkala di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar menyebabkan banyak orang mengungsi sementara waktu ke kerajaan tersebut, sebelum kembali lagi.
Meskipun tidak ada “evakuasi massal”, orang-orang berdatangan melewati perbatasan, katanya kepada wartawan. Namun, Parnpree menekankan perbatasan Thailand-Myanmar tetap terbuka, dan perdagangan masih mengalir melalui Mae Sot dan ke Myawaddy.
“Tidak ada perlawanan, perdagangan masih berjalan, meski menurun,” katanya, seraya mengatakan perdagangan telah turun sekitar 30 persen pada tahun lalu.
Myawaddy adalah penyeberangan darat tersibuk ketiga di Myanmar, menurut kementerian perdagangan junta, dengan sekitar US$1,1 miliar barang melewatinya selama 12 bulan terakhir.
Sebelumnya pada hari Selasa, Perdana Menteri Srettha Thavisin dan pejabat tinggi Thailand bertemu untuk membahas masalah perbatasan. “Perdana Menteri khawatir jika situasinya menjadi lebih buruk,” kata Parnpree.
Hal ini menyusul pernyataan pemerintah Thailand pada hari Senin (8/4) bahwa mereka telah mengabulkan permintaan junta untuk mendaratkan tiga penerbangan “khusus” di kerajaan tersebut untuk memulangkan orang-orang.
Namun, sejak tahun 1980-an, kerajaan tersebut telah mengizinkan puluhan ribu orang yang melarikan diri dari Myanmar untuk tinggal di pemukiman informal di dekat perbatasan. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Polusi Udara Parah, Pengadilan India Minta Pembatasan Kendar...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pengadilan tinggi India pada hari Jumat (22/11) memerintahkan pihak berwe...