“The Spectrum of Batik”, Pameran Karya 23 Desainer IPMI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Memperingati Hari Batik nasional pada 2 Oktober 2016 dan memperingati ulang tahun yang ke-30, Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) berkolaborasi dengan Senayan City menggelar pameran The Spectrum of Batik, 5 – 23 Oktober 2016.
Pameran instalasi mode itu dilangsungkan di Ground Floor Senayan City (ex-Raoul), menampilkan koleksi khusus perancang busana anggota IPMI, Auguste Soesastro, Barli Asmara, Carmanita, Chossy Latu, Danny Satriadi, Denny Wirawan, Didi Budiardjo, Eddy Betty, Era Soekamto, Ghea Panggabean, Liliana Lim, Mel Ahyar, Priyo Oktaviano, Rusly Tjohnardi, Sebastian Gunawan, Stefanus Hamy, Susan Budihardjo, Sutanto Danuwidjaja, Tri Handoko, Tuty Cholid, Widhi Budimulia, dan Yongki Budisutisna.
Karya busana 23 desainer itu ditampilkan dengan tata cahaya yang sangat menarik atas hasil desain teknik pencahayaan menggunakan fiber optic. Tata letak penerangan pada pameran itu dirangkai oleh lighting designer untuk mempertimbangkan kesempurnaan dalam ruangan tanpa mengganggu motif batik yang digunakan dalam karya desainer IPMI yang berpartisipasi.
Tata cahaya sedemikian rupa, seperti dikemukakan desainer Era Soekamto, wakil IPMI dan juga pengorganisir acara The Spectrum of Batik, menggambarkan ide yang datang dari Sang Pencipta melalui sebuah karya.
Spektrum, seperti ia jelaskan, dapat diartikan sebagai bias warna atau cahaya, yang dipilih sebagai simbol keberagaman setiap desainer dalam mengangkat batik yang sangat beragam dalam elemen karyanya. Spektrum juga dapat berarti sebagai simbol cahaya di dalam diri atau potensi dari setiap desainer dalam berkarya. Hubungan terhadap batik adalah banyaknya arti dan filosofi batik, yang banyak bercerita tentang cahaya.
Pameran The Spectrum of Batik itu, seperti dikemukakan Veri Y Setiady, CEO Senayan City, terselenggara atas kesamaan visi IPMI dan Senayan City, yang sedang memperingati 10 tahun iconic years, “The Spectrum of Batik hadir sebagai persembahan kami untuk mengapresiasi kekayaan budaya Indonesia. Dengan hadirnya instalasi ini, kami berharap dapat terus memberikan ruang untuk tampilnya kebudayaan Indonesia dalam tampilan yang lebih modern dalam skala yang lebih luas.”
Melalui pameran itu, kata Veri, pusat perbelanjaan yang merupakan tempat berkumpul dan bertemunya berbagai orang dari latar belakang budaya berbeda dan IPMI, dapat menyisipkan pesan bahwa keindahan budaya yang selama ini identik dengan tampilan sederhana dan tidak modern, dapat tampil tetap indah dan penuh gaya tanpa menghilangkan esensi dari budaya itu sendiri. “Kami juga berharap melalui Spectrum of Batik ini, dapat mengingatkan, mengedukasi dan mengajak pengunjung untuk turut melestarikan warisan budaya Indonesia dan meneruskannya kepada generasi muda,” ia menambahkan.
Pameran The Spectrum of Batik, seperti dikemukakan Era Soekamto, adalah bagian dari Trend Show 2017 yang juga diselenggarakan oleh IPMI pada tanggal 8-11 November 2016, di The Hall Senayan City. Menjadi tradisi dari IPMI untuk melibatkan pelaku lain dalam rantai usaha keratif fashion yang mereka geluti. Jika tahun sebelumnya IPMI melibatkan fashion stylist, tahun ini IPMI bekerja sama dengan Trilite Wesia Geni, yang bergerak dalam bidang pencahayaan interior.
“Kerja sama ini sangat menarik karena bekerja dengan lighting expert dan lighting designer. Trilite Wesia Geni biasanya sebagai rekan kerja sama dalam sebuah pergelaran mode, namun kali ini menjadi bagian utama dalam pameran ini,” kata Era.
Dalam pameran itu, koleksi baju yang menggunakan kain batik pilihan dari desainer IPMI bisa dimiliki melewati penawaran khusus cicilan nol persen dan juga potongan harga sebesar 20 persen dengan menggunakan kartu kredit dari Bank Mandiri.
Editor : Sotyati
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...