Thomas Lembong: Saya Datang untuk Melayani
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menyatakan bahwa inilah saat yang tepat untuk melayani ketika dia memutuskan untuk bergabung dalam Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla.
“Saya sangat senang sekali bisa bergabung ke lembaga yang prestisius dan saya pikir Kemendag sebagai lembaga yang terkemuka. Tuga saya adalah untuk membantu Bapak-Ibu (jajaran Kemendag) untuk sukses dan saya akan melayani Bapak-Ibu sekalian,” kata Lembong saat serah terima jabatan di Auditorium Kementerian Perdagangan Jalan Ridwan Rais Jakarta Pusat, Rabu (12/8).
“Kita menghadapi tantangan ekonomi yang fundamental dan kerja keras untuk membangun negara mengatasi tantangan ini. Kita semua yakin Indonesia bisa mengatasi (krisis) karena rakyat Indonesia memiliki kekuatan yang luar biasa.”
Profil Thomas Trikasih Lembong
Presiden Joko Widodo telah menunjuk lulusan Universitas Harvard ini untuk menggantikan Rachmat Gobel sebagai Menteri Perdagangan yang baru.
Dikutip dari detik.com, Lembong bukan orang baru di lingkaran Presiden. Pria berusia 44 tahun yang juga merupakan bos dari Blitz Megaplex Cinema ini merupakan salah satu relawan Jokowi dan banyak memberikan masukan terkait masalah keuangan dan perdagangan internasional.
Saat ini Lembong masih menjabat sebagai CEO dan Managing Partner di perusahaan asuransi Quvat Capital. Sebelumnya, dia pernah bekerja di Morgan Stanley Singapura sebagai divisi ekuitas pada tahun 1995-1996, Deutshce Bank sebagai bankir investasi pada tahun 1999-2000, manajer investasi di Farindo Investment pada tahun 2002-2005 dan sempat dua tahun bekerja sebagai Kepala Divisi dan Senior Vice President di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada tahun 2000-2002.
Dia juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai Young Global Leader di World Economic Forum pada tahun 2008 yang lalu.
Seperti yang disarikan dari tempo.co, ketika masih menjabat di BPPN, Lembong dianggap sebagai orang yang bertanggung jawab mengelola aset para obligor BLBI. Dia pernah menjadi sorotan ketika restrukturi aset Sinar Mas tahun 2001 dan menjual perkebunan kelapa sawit milik keluarga Salim kepada perusahaan asal Malaysia Guthrie Berhad sebesar Rp 3,3 triliun.
Namun, nama Lembong juga sempat dicekal oleh pemerintah ketika dia bersama Garibaldi Thohir dan Edwin Soeryadjaya mengelola PT Adaro Indonesia, Tbk. Pada 2008, pemerintah sempat menuduh PT Adaro dan grup Bakrie belum membayar uang royalti ke negara.
Editor : Sotyati
Ratusan Tentara Korea Utara Tewas dan Terluka dalam Pertempu...
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM-Ratusan tentara Korea Utara yang bertempur bersama pasukan Rusia mela...