Tidak Ada Kasus Baru COVID-19 di Kota Wuhan
Jika dua pekan berturut-turut tidak ada kasu baru, Wuhan akan dibebaskan dari status karantina.
BEIJING, SATUHARAPAN.COM-Bulan lalu, kota Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China, kewalahan dengan ribuan kasus baru virus corona setiap hari, tetapi dalam perkembangan dramatis, pemerintah China hari Kamis (19/3) mengatakan bahwa kota di provinsi itu tidak ada kasu terinfeksi baru.
Berita itu menawarkan harapan dalam memerangi pandemi COVID-19 yang tengah menyebar di Eropa, wilayah lain Asia, dan Amerika Serikat.
Berita itu juga mungkin memberi pelajaran tentang langkah-langkah ketat yang diperlukan untuk menghentikan penyebaran virus. Itu juga terjadi ketika Presiden AS, Donald Trump, menyamakan perjuangan melawan COVID-19 sebagai "perang" dan meminta otoritas darurat untuk mengerahkan industri untuk menangani pandemi.
Wuhan adalah tempat penyebaran pertama kali virus yang cepat menular ini, di mana ribuan orang pernah berbaring sakit atau sekarat di rumah sakit yang dibangun dengan tergesa-gesa. Tetapi pihak berwenang China mengatakan pada hari Kamis (19/3) bahwa semua dari 34 kasus baru yang dicatat pada hari sebelumnya dalam kasus diimpor dari luar negeri.
“Hari ini kita telah melihat fajar setelah sekian hari berupaya keras,” kata Jiao Yahui, inspektur senior komisi kesehatan nasional.
Meskipun begitu, ketika China tidak melaporkan adanya kasus baru di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China masih mencatat delapan kematian tambahan.
Pembatasan Perjalanan Dilonggarkan
Jiao Yahui mengatakan mereka “senang melihat peningkatan dua kali nol” yang berarti kontrol dan metode perawatan medis mereka bekerja dengan baik.
Wuhan telah dikunci ketat sejak Januari. Pejabat sedang bergerak untuk melonggarkan pembatasan perjalanan, tetapi hanya di dalam wilayah Provinsi Hubei dan sekitarnya di mana sebagian besar pos pemeriksaan akan diturunkan.
Sejauh ini kota Wuhan tetap terputus, dengan hanya mereka yang memiliki izin khusus yang diizinkan untuk bepergian, masuk atau keluar.
Penutupan akan dicabut di sana hanya jika tidak ada kasus tambahan yang dilaporkan selama dua pekan berturut-turut, yang mungkin terjadi bulan depan, kata Li Lanjuan, anggota Akademi Teknik China.
Suram di Italia dan Iran
Virus ini telah menginfeksi lebih dari 218.000 orang di seluruh dunia dan membunuh lebih dari 8.800 orang, sebagian besar di China, Italia, dan Iran. PBB memperingatkan bahwa krisis ini dapat menyebabkan hilangnya hampir 25 juta pekerjaan di seluruh dunia.
Lebih dari 84.000 orang secara keseluruhan telah pulih dari virus, yang hanya menyebabkan gejala ringan atau sedang seperti demam dan batuk pada kebanyakan kasus. Penyakit parah lebih mungkin terjadi pada orang tua dan mereka yang memiliki masalah kesehatan.
Meskipun China masih memiliki jumlah kasus terbesar, sebagian besar pasiennya telah pulih. China bahkan mengirim pasokan medis ke Prancis yang terpukul keras, membalas bantuan yang pernah dilakukan Prancis beberapa pekan lalu.
Tetapi gambaran yang suram terlihat pada pergeseran pandemi ini, di mana kematian di Italia meningkat mendekati korban di China. Italia mencatat lebih dari 2.900 orang tewas setelah mencatat total 475 kematian dalam satu hari. Jumlah keseluruhan kematian di China adalah sekitar 3.200 orang. Iran juga sangat terpukul, dengan lebih dari 1.100 kematian. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...