Tiga Negara Baltik Akan Keluar dari Jaringan Listrik Yang Dikendalikan Rusia
VILNIUS-LITUANIA, SATUHARAPAN.COM-Operator jaringan listrik dari tiga negara Baltik pada hari Selasa (16/7) secara resmi memberi tahu Rusia dan Belarusia bahwa mereka akan keluar dari perjanjian tahun 2001 yang membuat Estonia, Latvia, dan Lituania tetap terhubung ke sistem transmisi listrik yang dikendalikan oleh Moskow.
Negara-negara Baltik sudah berhenti membeli listrik dari Rusia. Dan dalam rencana yang diumumkan tahun lalu sebagai bagian dari langkah untuk memutuskan hubungan dengan Moskow setelah invasi mereka ke Ukraina, mereka akan mengalihkan koneksi jaringan listrik mereka pada bulan Februari mendatang ke jaringan energi utama di benua Eropa sebagai langkah untuk mengakhiri ketergantungan.
Operator utilitas Elering dari Estonia, AST dari Latvia dan Litgrid dari Lithuania mengatakan bahwa pemberitahuan keluar ditandatangani di ibu kota Latvia, Riga pada hari Selasa (16/7). Perjanjian bersama dengan Moskow dan Minsk akan berakhir pada 7 Februari, dan sistem Baltik akan diputus dari jaringan listrik pada hari berikutnya.
“Kami akan memutus dan membongkar koneksi fisik terakhir dengan jaringan listrik Rusia dan Belarusia,” kata CEO Litgrid, Rokas Masiulis, seraya menyebut langkah tersebut sebagai “proyek kemandirian energi yang ambisius.”
Ketiga negara bekas republik Uni Soviet tersebut saat ini tidak membeli listrik dari Rusia, namun tetap terhubung secara fisik ke jaringan listrik yang frekuensi listriknya dikendalikan oleh Moskow berdasarkan perjanjian BRELL tahun 2001. Sistem Baltik berencana melakukan sinkronisasi dengan sistem kontinental Eropa pada 9 Februari 2025. Kedua sistem menggunakan arus bolak-balik 50 Hz.
“Sinkronisasi dengan Area Sinkron Eropa Kontinental akan memungkinkan kontrol frekuensi jaringan listrik negara-negara Baltik yang independen, stabil dan dapat diandalkan serta akan meningkatkan keamanan energi di wilayah tersebut,” kata operator jaringan listrik Estonia, Elering.
Estonia, Latvia, Lituania, dan Polandia sepakat dengan komisi eksekutif Uni Eropa pada tahun 2019 untuk berkoordinasi dalam menghubungkan negara-negara Baltik ke jaringan listrik UE pada akhir tahun 2025. Namun, perang Rusia di Ukraina menyebabkan negara-negara Baltik mempercepat proyek tersebut.
Tanggal transisi pada Februari 2025 adalah sebuah kompromi. Lituania ingin keluar dari sektor energi pada awal tahun ini, dengan alasan tidak dapat diandalkannya Moskow dan agresinya di Ukraina. Estonia menolak pemutusan listrik yang lebih cepat, dengan mengatakan bahwa negara tersebut mungkin akan mengalami pemadaman listrik jika transisi terjadi terlalu cepat.
“Pasar listrik Baltik telah beradaptasi dan beroperasi tanpa impor listrik dari Rusia,” kata ketua Rolands Irklis dari AST Latvia.
“Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Latvia telah sepenuhnya menghentikan impor dan ekspor listrik dari Rusia dan Belarusia, dan sinkronisasi dengan benua Eropa adalah langkah terakhir untuk mencapai kemandirian negara di bidang pasokan listrik,” kata Irklis.
Belum ada tanggapan segera dari Kementerian Energi Rusia atas permintaan komentar. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...