Tiga Warisan Dokumenter Indonesia Diakui sebagai Ingatan Kolektif Dunia
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tiga warisan dokumenter Indonesia, antara lain arsip konservasi Borobudur, arsip tsunami Samudera Hindia, serta naskah Cerita Panji, telah diakui sebagai ingatan kolektif dunia oleh UNESCO.
Sebelumnya, juga sudah ada beberapa warisan dokumenter yang diakui sebagai ingatan kolektif dunia, antara lain naskah La Galigo (2011), naskah Nagarakretagama (2013), naskah Babad Diponegoro (2013), dan arsip Konferensi Asia Afrika (2015).
“Dengan pengakuan sebagai ingatan kolektif dunia, maka ini cara kita (Indonesia) mengenalkan warisan dokumenter negeri ini ke dunia dan juga terutama bagi generasi muda,” kata Pelaksana Tugas Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bambang Subiyanto pada Senin (11/12), di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, demikian dilansir situs resmi lipi.go.id.
Menurutnya, warisan dokumenter Indonesia adalah bukti penting dalam sejarah umat manusia, dan memiliki sejarah, nilai artistik yang tinggi sehingga penuh dengan nilai spiritual. Oleh karena itu, harus dijaga kelestariannya dengan bijak.
Dia menambahkan, dokumen-dokumen tersebut akan dijaga kelestariannya serta dilakukan alih media dan disebarluaskan kepada publik.
Arsip konservasi Borobudur digagas oleh Balai Konservasi Borobudur, di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Alasan Balai Konservasi Borobudur mengajukan arsip konservasi Borobudur tersebut karena itu merupakan proyek konservasi terbesar pada abad ke-20, yang didanai dunia internasional dan merupakan proyek pertama yang menggunakan teknik modern untuk konservasi monumen.
Pengakuan internasional terhadap arsip konservasi Borobudur ini, mempunyai peranan penting bagi pengembangan ilmu konservasi terkini, dan dapat digunakan untuk menemukan solusi bagi permasalahan konservasi yang ada.
Sementara itu naskah Cerita Panji, diusulkan oleh Perpustakaan Nasional RI secara nominasi bersama dengan negara Malaysia, Kamboja, Belanda dan Inggris. Cerita Panji merupakan karya sastra dari abad ke-13 dan menjadi salah satu perkembangan sastra Jawa tanpa dibayangi oleh epos India Ramayana dan Mahabharata.
Ketiga, arsip tsunami Samudera Hindia diusulkan oleh Arsip Nasional RI secara kerja sama nominasi bersama dengan Sri Lanka. Warisan dokumenter ini terdiri atas satu set arsip dalam berbagai media yang mencatat kejadian tsunami Samudera Hindia, tanggap bencana, serta sebagian besar tentang rehabilitasi dan rekonstruksi.
Sekadar diketahui, tsunami Samudera Hindia yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam, mempunyai ketinggian gelombang melebihi 30 meter, dan menimbulkan kerusakan luar biasa di Bangladesh, Indonesia, India, Malaysia, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, dan 12 negara lainnya. Korbannya mencapai lebih dari 310.000 jiwa.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...