Tim Gunakan Drone Mencari Korban Banjir di India
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Tim penyelamat menerbangkan drone di dalam terowongan di Himalaya India untuk mencari 35 pekerja konstruksi yang diyakini terperangkap di sana sejak gelombang air dan puing-puing menyapu lembah yang menghancurkan bendungan dan jembatan, kata para pejabat pada hari Rabu (10/2).
Sekitar 204 orang masih belum ditemukan sejak bencana hari Minggu (7/2) di negara bagian Uttarakhand, dan kebanyakan dari mereka adalah pekerja di proyek pembangkit listrik tenaga air Tapovan Vishnugad atau di Rishiganga, bendungan yang lebih kecil yang tersapu banjir.
Sejauh ini tim penyelamat telah menemukan mayat 32 orang dari lereng gunung dan lebih jauh ke hilir sungai Dhauliganga, kata polisi negara bagian.
Tim penyelamat difokuskan untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak di terowongan banjir yang terhubung ke proyek Tapovan 520 mw, mengerahkan ekskavator berat untuk menyingkirkan air dan lumpur.
"Kami telah memasuki terowongan, tetapi belum dapat melampaui 120 meter. Ada air sampai ke atap," kata kepala polisi negara bagian, Ashok Kumar.
Ada juga kekhawatiran bahwa mereka yang selamat dari banjir di dalam terowongan berisiko mengalami hipotermia, penurunan suhu tubuh yang berbahaya karena kondisi dingin, kata Vivek Pandey. Dia juru bicara Polisi Perbatasan Indo-Tibet yang juga terlibat dalam aksi upaya penyelamatan tersebut.
Sebuah drone dengan lima kamera dikirim ke dalam bentangan terowongan pada hari Selasa, tetapi gagal menunjukkan keberadaan manusia, kata seorang pejabat.
Banjir parah di hari yang cerah pada awalnya diduga disebabkan oleh bagian dari gletser di wilayah Nanda Devi yang pecah dan runtuh ke sungai Dhauliganga. Tetapi para ilmuwan mengatakan kemungkinan besar ada longsoran salju yang disebabkan oleh mencairnya salju dalam cuaca yang lebih hangat yang menyebabkan banjir bandang.
“Yang terjadi pada peristiwa seperti ini adalah jika terjadi perubahan suhu secara tiba-tiba, salju segar di permukaan mulai mencair dan tergelincir karena suhu lingkungan yang lebih tinggi,” kata DP Dobhal, seorang ahli glasiologi.
Dia mengatakan gletser di daerah itu mengandung banyak puing dan ketika salju turun, ia mulai membawa serta puing-puing itu. “Itu akhirnya menjadi sangat kuat, mengikis semua yang menghalangi jalannya.”
Sebuah tim ilmuwan yang dikirim ke daerah tersebut untuk mencari tahu apa yang memicu banjir di pegunungan yang sensitif secara ekologis tersebut, dan mereka diperkirakan akan menyerahkan laporannya pada akhir pekan ini. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...