Tim HAM PBB Terima Laporan Adanya Kuburan Massal di Mariupol, Ukraina
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Kepala tim hak asasi manusia PBB di Ukraina mengatakan pada hari Jumat (25/3) bahwa pemantau telah menerima lebih banyak informasi tentang kuburan massal di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung, termasuk yang tampaknya menampung 200 mayat.
“Kami mendapat informasi yang meningkat tentang kuburan massal yang ada di sana,” kata Matilda Bogner kepada wartawan melalui tautan video dari Ukraina, mengatakan beberapa bukti berasal dari citra satelit.
Kantor hak asasi manusia PBB, yang memiliki sekitar 50 staf di negara itu, sejauh ini telah menghitung 1.035 kematian warga sipil sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Tetapi kesulitan verifikasi berarti bahwa jumlah korban itu termasuk "sangat sedikit" dari Mariupol, yang telah dibombardir berat selama berminggu-minggu, kata Bogner.
“Tingkatnya korban sipil dan penghancuran objek sipil sangat menunjukkan bahwa prinsip pembedaan, proporsionalitas, aturan tentang tindakan pencegahan yang layak dan larangan serangan tanpa pandang bulu telah dilanggar,” katanya.
Seorang wartawan Reuters yang mencapai bagian dari Mariupol yang dikuasai oleh pasukan Rusia pada hari Minggu melihat beberapa mayat tergeletak di jalan dan sekelompok pria menggali kuburan di sepetak rumput di pinggir jalan.
Tim Bogner sedang menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia, seperti laporan bahwa pasukan Rusia telah menembak dan membunuh warga sipil di mobil mereka saat mereka melarikan diri; lusinan kasus penghilangan pejabat dan jurnalis Ukraina; dan pergerakan paksa warga sipil ke wilayah yang dikuasai Rusia.
Rusia, yang menyebut tindakannya sejak 24 Februari sebagai “operasi khusus”, telah membantah menargetkan warga sipil di Ukraina.
Kantor berita Rusia mengatakan bus telah membawa beberapa ratus orang yang disebut Moskow sebagai "pengungsi" dari Mariupol ke Rusia.
Bogdan mengatakan timnya juga telah menerima laporan pelanggaran oleh pasukan Ukraina termasuk penembakan membabi buta di Donetsk, Ukraina timur, dan dua dugaan pembunuhan warga sipil karena dianggap mendukung Rusia.
Pihak berwenang Ukraina telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak pernah menargetkan warga sipil, menambahkan bahwa orang-orang yang berada di Donetsk dan Luhansk adalah orang Ukraina. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...