Tim Indonesia Selamatkan Pengungsi Rohingya Yang Perahunya Terbalik di Aceh
MEULABOH, SATUHARAPAN.COM-Tim penyelamat Indonesia menyelamatkan sekelompok pengungsi Rohingya pada hari Kamis (21/3) setelah melihat mereka di dalam air, berpegangan pada perahu yang terbalik sehari sebelumnya.
Mayoritas Muslim Rohingya dianiaya di Myanmar, dan ribuan orang mempertaruhkan nyawa mereka setiap tahun dalam perjalanan laut yang panjang dan mahal, sering kali dengan perahu kecil dan tua, untuk mencoba mencapai Malaysia atau Indonesia.
Perahu kayu milik kelompok tersebut dan kapal lain yang berusaha membantu mereka berdua terbalik pada hari Rabu (20/3), dan para penyintas memperkirakan sekitar 150 pengungsi Rohingya berada di dalamnya dan puluhan lainnya hanyut.
Seorang jurnalis AFP yang menaiki kapal penyelamat yang dikirim pada Kamis (21/3) pagi mengatakan tim tersebut melihat sekelompok warga Rohingya berpegangan pada lambung kapal yang terbalik, dan tim penyelamat sedang melakukan persiapan evakuasi.
Perahu penyelamat belum cukup dekat dengan kapal yang terbalik sehingga wartawan dapat mengetahui berapa banyak orang yang berada di laut.
Pada hari Rabu, enam warga Rohingya diselamatkan oleh nelayan.
Menurut para penyintas, sekitar 150 orang berada di dalam perahu yang terbalik tersebut, sehingga memaksa mereka untuk menaiki perahu nelayan, yang kemudian juga terbalik, kata Sekretaris Jenderal Masyarakat Nelayan Aceh Barat, Pawang Amiruddin, kepada AFP.
“Karena gelap, prosesnya sulit dan mereka tidak dapat menemukannya. Pagi ini mereka akan terus mencari dan menyelamatkan mereka,” kata Faisal Rahman, rekan perlindungan badan pengungsi PBB (UNHCR).
Salah satu korban selamat mengatakan puluhan pengungsi hanyut arus dan hilang atau dikhawatirkan tewas.
“Saya sudah berkomunikasi dengan salah satu dari enam orang yang diselamatkan warga setempat. Dia mengatakan perahu itu membawa 151 orang. Begitu perahu terbalik, diperkirakan sekitar 50 orang hilang dan meninggal dunia,” kata Rahman.
“Kami masih berkoordinasi dengan instansi pemerintah masing-masing untuk melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa.”
Polisi setempat dan pemerintah daerah tidak menanggapi permintaan komentar.
Dari pertengahan November hingga akhir Januari, 1.752 pengungsi, sebagian besar perempuan dan anak-anak, mendarat di provinsi Aceh dan Sumatera Utara, menurut UNHCR.
Badan tersebut mengatakan bahwa ini adalah gelombang pengungsi terbesar ke negara mayoritas Muslim tersebut sejak tahun 2015. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...