Tim UGM Menyingkap Kekayaan Bawah Laut Sangihe
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tim UGM Maritim Culture Expedition (UMCE), berhasil mengungkap potensi bawah laut di Kepualauan Sangihe, Sulawesi Utara. Dalam ekspedisi “Sangihe The Northen Of Nusantara” yang berlangsung sejak 25 April hingga 10 Mei 2017 yang lalu, mereka telah sukses memetakan dan menginventarisasi peninggalan budaya maritim Sangihe.
“Tim UGM berhasil mendapatkan 25 titik situs yang tersebar di 3 kecamatan Sangihe,” kata Ketua ekspedisi, Fuad Anshori, Selasa (13/6) di Kampus UGM, yang dilansir situs ugm.ac.id.
Fuad mengatakan, dalam ekpedisi ini tim UGM dibagi dalam tiga kelompok untuk diterjunkan di tiga lokasi di wilayah Sangihe. Tim-tim tersebut mengeksplorasi peninggalan budaya maritim di Kecamatan Tahuna, Kecamatan Manganitu, dan Kecamatan Manganitu Selatan.
“Selama 10 hari tim melakukan observasi dan pendataan situs yang berada di tiap-tiap wilayah,” katanya,.
Sebelum penerjunan, tim UGM terlebih dahulu melakukan disuksi (FGD) dengan intansi terkait dan masyarakat lokal. Melalui diskusi tersebut tim UGM menyosialisasikan maksud dan tujuan kegiatan ekspedisi di Sangihe.
Ekspedisi ini, melibatkan 15 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya dan Sekolah Vokasi UGM dari beberapa departemen, yaitu Departemen Sejarah, Departemen Antropologi, Departemen Arkeologi dan Sekolah Vokasi jurusan Komputer dan Sistem Informasi.
Mereka berhasil melakukan pendataan situs dan budaya yang terdapat di Sangihe. Hasil survei tim Tahuna yang dipimpin oleh Muslim Dimas Khoiru menunjukkan di wilayah tersebut ada 12 situs meliputi kompleks bangunan dan benda arkeologi.
Bangunan bergaya kolonial mendominasi tinggalan yang ada di Kecamatan Tahuna, antara lain gereja, makam, rumah, jangkar tua, serta kapal karam.
“Tim, telah mengumpulkan data kapal karam dengan memakai teknik radial berpola untuk mengetahui kondisi dan ukuran kapal serta topografi dasar laut,” kata Fairuz Azis, salah satu anggota ekspedisi.
Sementara, dari ekpedisi di Manganitu di bawah koordinator Sultan Karunia AB mencatat di daerah tersebut terdapat 5 situs arkeologi yang meliputi makam raja rumah raja, gereja, dan goa yang tersebar di beberapa desa. Goa ini merupakan tinggalan zaman prasejarah. Di goa yang berada di tepi pantai tersebut terdapat lukisan bergambar wajah dan manusia yang dilukis dengan menggunakan teknik pahat. Selain melakukan perekaman data melalui tinggalan materi, tim juga melakukan wawancara dengan penduduk sekitar serta sejarawan yang ada di Sangihe, Alfian Walukow.
Sedangkan survei di kecamatan Manganitu Selatan di bawah komando M Destrianto berhasil menemukan 8 tempat yang terdapat tinggalan arkeologi.
Tim UGM berhasil melakukan pendataan berkaitan dengan kondisi situs dan ukuran. Tinggalan-tinggalan tersebut berupa kerkhof (makam Belanda), Ceruk Rangka, keramik, makam, meriam, goa, dan kompleks kubur batu.
Selain memperoleh data tinggalan arkeologi, Fuad menyebutkan bahwa mereka juga berhasil mendapatkan data antropologi melalui wawancara. Hasilnya menunjukkan adanya kecenderungan masyarakat untuk memakamkan keluarga di dekat rumah, bahkan di bawah tempat tidur. Kecenderungan tersebut merupakan salah satu kepercayaan mereka terhadap roh keluarganya yang masih hidup bersama mereka.
“Hasil ekspedisi telah kami presentasikan di Balai Arkeologi Manado (Balar),” katanya.
Kepala Balar Manado, Drs Bonny A Tooy, M Si, menyampaikan apresiasi kepada tim ekspedisi UGM yang telah mengeksplorasi Sangihe. Kegiatan yang dilakukan memberikan banyak manfaat dalam pendataan tinggalan sejarah dan budaya baik yang berada di bawah laut maupun daratan Kepulauan Sangihe.
Editor : Eben E. Siadari
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...