Tingkat Infeksi HIV Tinggi pada Perempuan Afrika Selatan
JOHANNESBURG, SATUHARAPAN.COM - Lolobrigitha Tsupa, 30, adalah perempuan warga Afrika Selatan yang terinfeksi HIV sejak usia 23 tahun. Ia mengatakan keinginannya menjalani kehidupan berkecukupan dan serba cepat, membuatnya mencari teman laki-laki yang bisa menyediakan semuanya.
Namun Tsupa mengatakan ternyata ia mendapatkan lebih dari itu.
“Saya bertemu laki-laki yang punya uang, mengendarai mobil bagus, dan usianya sangat tua, seusia ayah saya. Ia membeli barang-barang untuk saya, hadiah, dan membawa saya bepergian. Itu kehidupan yang ingin saya jalani, yang tidak saya peroleh dari rumah, dan dari situlah saya tertular virus itu," ujarnya.
Kisah Tsupa serupa dengan Brenda Masango yang berusia 28 tahun.
Masango mengatakan, ia mengetahui terjangkit HIV positif pada 2007, ketika masih menjadi mahasiswi di Universitas Tswane. Ia mengatakan semuanya bermula ketika kedua orang tuanya menghentikan dukungan keuangan baginya sebagai hukuman karena berperilaku buruk.
“Saya harus beli pakaian sendiri, saya harus memikirkan bagaimana saya dapat uang untuk makan di kampus. Maka saya kencan dengan seseorang yang lebih tua dari saya, seorang laki-laki dewasa. Lalu pada suatu ketika ia berkata kepada saya, saya beri kamu uang, banyak uang, dan akhirnya saya berhubungan seks dengannya tanpa menggunakan kondom. Saya pikir, dari situlah saya tertular HIV," ujarnya.
Sementara Afrika Selatan bergabung dengan negara-negara lain di dunia memperingati hari AIDS Sedunia, para ahli mengatakan perempuan di bawah usia 25 tahun di Afrika Selatan memiliki tingkat penularan HIV tinggi dan studi menunjukkan mereka tertular virus dari laki-laki yang lebih tua.
Para ahli mengatakan 6,4 juta warga Afrika Selatan dari 50 juta penduduk, hidup dengan HIV. Jumlah perempuan muda dengan HIV naik lebih cepat dibandingkan laki-laki muda dalam kelompok usia yang sama.
Perempuan berusia antara 15 hingga 24 tahun empat kali lebih rentan terjangkit HIV dibandingkan laki-laki seusianya.
Dr. Fareed Abdullah, CEO Dewan AIDS Nasional Afrika Selatan, mengatakan statistik ini mengkhawatirkan.
“Sekitar seperempat dari jumlah orang yang baru terinfeksi adalah perempuan muda berusia antara 15 hingga 24 tahun dan kami berpendapat bahwa mereka tertular dari laki-laki yang lebih tua, dengan imbalan hadiah-hadiah, pakaian, yang kita sebut seks transaksi, karena laki- laki lebih tua memiliki risiko terakumulasi HIV yang lebih tinggi," ujarnya.
Abdullah mengatakan, Afrika Selatan memerlukan sejumlah program untuk menangani masalah hubungan seks antar generasi, termasuk program-program pengentasan kemiskinan dan kampanye pendidikan seks yang ditujukan untuk perempuan-perempuan muda.
Portia Serote, koordinator Treatment Action Campaign, organisasi HIV/AIDS di Johannesburg-based, menyalahkan tingkat penyebaran HIV yang tinggi di kalangan perempuan muda pada kebijakan pemerintah yang mengizinkan perempuan semuda 12 tahun untuk berhubungan seks, menggunakan kontrasepsi dan menggugurkan kandungan tanpa izin orangtua.
"Itu seperti menjebak mereka untuk menjadi HIV positif," ujar Serote.
Ketika seorang perempuan muda mendapatkan penyakit itu, terutama jika ia hamil, "kondisinya kacau. Kita mendorong mereka berhubungan seks, tapi kita tidak memberikan mereka ruang untuk mempraktikkan tanggung jawab atas hak yang kita berikan pada mereka."
Namun tidak semuanya buruk untuk Afrika Selatan, menurut para ahli. Negara itu memiliki program perawatan anti-retroviral terbesar di dunia dan telah secara drastis mengurangi tingkat infeksi HIV dari ibu ke anak dari 8 persen pada 2008 menjadi 2 persen. (voaindonesia.com)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...