"Tinju dan Rindu", Samsak Evan di Atas Kanvas
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - “Dalam olahraga tinju, aku mendapatkan spirit (ruh) berupa etos kerja, pola pencapaian dan semangat sportivitas sehingga selalu siap dengan segala kemungkinan dalam proses berkesenian”. Kalimat tersebut diucapkan seniman-perupa Stevan Sixcio Kresonia yang biasa dipanggil Evan saat mempersiapkan pameran tunggalnya bertajuk "Tinju dan Rindu" di Sakato art community-Komplek SaRang Building.
Tujuh belas lukisan dalam berbagai ukuran dan dua karya instalasi dipamerkan sejak 12 Maret 2018 di ruang pamer Sakato art community. Pameran tunggal perdana Evan bertajuk "Tinju dan Rindu" dibuka oleh kolektor benda seni Oei Hong Djien, Senin (12/3). Sebelumnya hingga tahun 2017 Evan lebih banyak terlibat dalam pameran bersama seperti BaKaBa, Nandur Srawung, Geneng street art festival. Pada tahun 2012 dan 2017 Evan menjadi finalis UOB painting of the years.
Menghabiskan sebagian masa remaja di jalanan hingga memutuskan menjadi petinju sebelum bergelut dengan kanvas dan cat lukisan, Evan seolah hidup dalam dunia yang berbeda. Rekaman perjalanan hidup yang pernah dilewati dituangkan dalam pameran tunggal perdananya: dunia tinju. Setidaknya hal tersebut dapat dilihat pada tiga belas lukisan diantaranya "Get Up, Wake Up Stevan", "Let's Get To Rumble", "Torture Dreams", "Hidung Berdarah", "Harapan Kuning" lengkap dengan figur petinju dan sarung tinju. Menariknya Evan menambahkan figur hewan kuda dan binatang lain di banyak karya yang dipamerkan.
Pada karya "Stevan" yang menjadi lukisan potret dirinya saat masih aktif sebagai petinju, menjadi lukisan yang agak berbeda di antara karya yang dipamerkan dengan nuansa pointilis. Pada karya "Evan Gogh Well Sonya", Evan menggoreskan karaktek wajah Van Gogh yang terbaring di atas kasur dengan selang infus-oksigen. Selain "Evan Gogh Well Sonya", meski dengan pemilihan warna yang tidak atraktif, sapuan kuas (brushstroke) Evan dengan gaya dekoratif-naif terasa sekali pada karya berjudul "Tanam Ikan dan Anggur".
Dalam karya berjudul "Di Bawah Lindungan Abah" seolah Evan terkesan bermain-main dengan judul sebuah novel, namun tidak bisa dibohongi bagaimana kedekatan Evan dengan figur ayahnya yang kerap menumbuhkan rindu serta perasaan terlindungi setiap saat. Pada sudut ini Evan dengan jeli membingkai kerinduan tersebut dalam tajuk pamerannya.
Karya instalasi berjudul "Kerja Keras Selalu Dibayar" dengan medium akrilik di atas kain perca/kanvas/resin, yang dibuat saat mengikuti program residensi di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja dipamerkan bersama karya instalasi pada sebuah samsak berjudul "Titik Hati" yang digantung dengan citraan warna ungu-jingga. Apakah ini menjadi penanda Evan sudah benar-benar menggantungkan samsak tinjunya sebagai kanvas karya seninya atau justru sedang tumbuh kerinduan untuk kembali bertinju? Evan tentu punya jawaban sendiri. Setidaknya dua dunia yang seolah bertolak belakang dimana tinju identik dengan dunia yang keras sementara seni menjadi representasi kelembutan, dalam formulasi yang ditawarkan Evan pada pameran "Tinju dan Rindu" menjadi pintu perdana pameran tunggalnya maupun pintu-pintu kreativitas selanjutnya.
Pameran "Tinju dan Rindu" berlangsung selama sebulan sejak dibuka 12 Maret 2018 di Sakato art community-Komplek SaRang Building, Kalipakis-Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul.
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...