Tiongkok Kecam G7 atas Komentar Sengketa Laut China Selatan
SATUHARAPAN.COM – Tiongkok, Selasa (9/6), mengecam negara-negara G7 atas pernyataan yang dianggap tidak bertanggung jawab terkait klaim teritorial Beijing di laut bagian Timur dan Laut China Selatan.
Dalam sebuah pernyataan pada akhir pertemuan puncak di Jerman, Senin (8/6), para pemimpin negara G7 menyatakan prihatin atas ketegangan maritim di Asia dan meminta semua pihak untuk menghormati hukum internasional.
"Kami sangat menentang penggunaan intimidasi, pemaksaan, ataupun kekerasan, serta tindakan sepihak yang berusaha untuk mengubah status quo, seperti reklamasi lahan dalam skala besar," kata pernyataan G7, seperti dilansir VOA.
Komentar tersebut dilontarkan sebagai kritik terhadap upaya Tiongkok yang sedang membangun pulau demi menegakkan klaim di Laut China Selatan.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok menolak pernyataan negara-negara maju itu sebagai komentar yang jauh dari fakta-fakta.
Tiongkok telah melakukan reklamasi tanah dan bangunan serta prasarana lapangan terbang di Kepulauan Spratly. Laut seluas 3,5 juta kilometer persegi itu juga diklaim oleh negara-negara Asia lainnya, seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Taiwan. Daerah ini dipercaya kaya akan sumber daya alam dan merupakan rute perdagangan yang sangat strategis.
Strategi Perluasan Lahan
Reklamasi lahan merupakan bagian dari strategi Tiongkok, yang perlahan namun pasti, untuk memperkuat klaim atas Laut China Selatan yang disengketakan. Banyak negara tetangga Tiongkok yang telah merespons upaya tersebut dengan mengembangkan hubungan militer yang lebih dekat dengan satu sama lain.
Filipina dan Jepang mengatakan berencana mengadakan babak baru latihan angkatan laut di Laut China Selatan akhir bulan ini. Manila dan Tokyo bulan lalu juga melakukan latihan angkatan laut yang pertama dalam kerja sama bilateral mereka.
Pejabat Malaysia, Selasa (9/6) juga mengatakan berencana mengajukan protes resmi terhadap Tiongkok atas serangan kapal Coast Guard milik Tiongkok di lepas pantai Pulau Kalimantan.
Kapal Tiongkok berlabuh di dekat Luconia Shoals, dalam zona ekonomi eksklusif 370 kilometer dari Malaysia, menurut halaman Facebook Menteri Keamanan Nasional Malaysia Shahidan Kassim.
Malaysia merupakan mitra dagang utama Tiongkok dan biasanya menghindari kontroversi, terutama terkait klaim-klaim maritim dengan Beijing, meskipun pejabat Negeri Jiran baru-baru ini mengisyaratkan tidak punya pilihan selain mengambil sikap yang lebih keras terhadap rekan dagangnya tersebut.
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...