Tips Agar Anak Mumpuni Menulis
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Kemampuan menulis yang mumpuni tak muncul begitu saja, melainkan harus diasah sejak dini dan salah satunya jika dibarengi membaca.
Analis Pelaksana Kurikulum Pendidikan, Direktorat Sekolah Dasar Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Lanny Anggraini berpendapat melalui membaca, maka akan semakin banyak informasi yang didapatkan sebagai bahan atau ide dalam menulis.
"Membaca bisa memberikan informasi yang banyak dan dituangkan dalam menulis. Tidak bisa menulis kalau tidak bisa membaca," ujar dia dalam webinar, "Pentingnya Menjaga Minat Menulis Anak", Kamis (3/12).
Hal senada diungkapkan Psikolog anak Marcelina Melisa. Menulis membutuhkan ide dan sumbernya bisa berasal dari apa yang dibaca. Pada anak yang baru belajar menulis, dia perlu membaca atau mengetahui huruf atau angka yang akan dia tulis.
"Diawali bentuk huruf atau angka yang mau tidak mau dibaca, huruf 'a' seperti apa bentuknya, 'b' seperti apa. Dengan membaca, maka membantu anak menulis untuk mengeluarkan ide, imajinasi mereka," tutur dia.
Melisa mengatakan, sembari mengajarkan membaca, orang tua bisa mulai mengajari anak menulis sejak usianya tiga tahun atau saat dia sudah mampu menggenggam benda secara stabil.
Pertama-tama ajari mereka mengenggam alat tulis berukuran besar semisal krayon. Setelahnya ajari anak menulis sesuai tahapan yang dianjurkan.
"Krayon dianjurkan karena besar dan digenggam. Digenggam lima jari tidak apa-apa kalau masih kecil, lalu ajari anak menggenggam tiga jari. Tulis coretan, lalu buat garis vertikal dan horizontal, lalu garis patah, lengkung, buat geometri sederhana semisal kotak segitiga, lingkaran, sampai usia 5 tahun masih terus latihan," kata dia.
Lalu di masa sekarang ini saat teknologi berkembang pesat, mengajari anak menulis manual masih menjadi keharusan. Salah satu alasannya, bisa sekaligus melatih kontrol tangan dan otot tangannya.
Menurut Melisa, saat anak menulis di bukut tulis menggunakan alat tulis atau menulis manual, dia akan menggurat garis secara nyata, sembari melatih otot tangan, memori dan mengontrol tangannya.
"Kalau di-gadget sudah ada keyboard, anak tinggal memencet saja. Mau tekanan banyak sedikit terketik hurufnya, anak tidak genggam pensil atau melatih guratan garis di kertas. Sedangkan kalau anak mencatat di buku tulis menggunakan alat tulis dan kertas sehingga melatih otot tangan, memori otot tangan, kontrol tangan," ujar dia.
Pentingnya menulis manual ditunjukkan studi yang dilakukan Profesor Audrey van der Meer pada tahun 2017. Dalam studinya, dia, menggunakan teknologi Electroencephalography (EEG) untuk merekam dan melacak aktivitas gelombang otak saat anak melakukan kegiatan mengetik dan menulis dengan pena di atas buku tulis.
Hasil studi memperlihatkan, otak anak-anak lebih aktif jika menulis dengan pena ketimbang keyboard, dan tulisan tangan memberikan otak lebih banyak ruang untuk mengingat.
Tidak hanya unsur kognisi anak yang berkembang, namun menulis dapat meningkat sensimotorik anak. Menulis dengan tangan di atas buku tulis menciptakan lebih banyak aktivitas di bagian sensorimotor.
Banyak indra diaktifkan dengan menekan pensil atau pulpen diatas kertas, melihat huruf yang ditulis, dan mendengar suara yang dibuat saat menulis. Pengalaman indera ini menciptakan kontak antara berbagai bagian otak dan membuka otak untuk belajar sehingga dapat mengingat lebih baik.
Selain itu, menulis manual aman dari paparan radiasi yang biasanya didapatkan saat menggunakan gawai sekaligus tak terganggu hambatan teknis semisal koneksi internet yang bisa menganggu suasana hati anak saat belajar.
Anak juga cenderung bisa mandiri belajar saat menulis manual karena orang tua tak perlu 24 jam mengawasinya, berbeda jika mereka menggunakan gawai yang memungkinkan membuka laman atau aplikasi tak aman.
Melisa mengingatkan, seperti halnya kegiatan belajar pada umumnya, menulis juga harus dibuat menyenangkan. Selain krayon berwarna-warni, orang tua juga bisa memafaatkan semacam glitter atau manik-manik penuh warna atau hal lain yang merangsang semangat anak menulis.
Perhatikan juga suasana hati anak. Lanny menambahkan, sebaiknya orang tua tak memaksa anak menulis terutama saat suasana hatinya tak bagus. (Antara)
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...