TNI Evakuasi Empat Jenazah Korban Penembakan KKB di Papua
JAYAPURA, SATUHARAPAN.COM-Pasukan TNI menemukan jenazah empat tentara yang meninggal dalam serangan separatis saat mencari seorang pilot Selandia Baru yang disandera oleh pemberontak di wilayah Papua, kata para pejabat hari Kamis (20/4).
Empat pasukan elite itu meninggal pada hari Sabtu setelah penyerang dari Tentara Pembebasan Papua Barat, sayap bersenjata dari Gerakan Papua Merdeka, menyergap 36 tentara di kabupaten Nduga di Provinsi Papua Pegunungan.
Pasukan keamanan menemukan mayat pada hari Rabu, termasuk seorang tentara yang jatuh ke jurang sedalam 15 meter, dan mengevakuasi mereka ke sebuah rumah sakit di Timika, sebuah kota pertambangan di Provinsi Papua Tengah, kata juru bicara TNI di Papua, Kolonel Herman Taryaman.
Pasukan itu disergap oleh pemberontak saat mencari Phillip Mark Mehrtens, seorang pilot Selandia Baru yang diculik oleh pemberontak pada Februari, kata Taryaman. Pemberontak menembak seorang tentara yang jatuh ke jurang, dan melancarkan serangan kedua saat pasukan berusaha mengeluarkan mayat itu, tambahnya.
Taryaman mengatakan pasukan keamanan sedang mencari tentara kelima yang masih hilang, namun kondisi cuaca buruk dan medan hutan yang curam telah menghambat operasi pencarian dan evakuasi mereka.
Pasukan TNI mengambil jenazah keempat tentara itu sehari setelah panglima militer Indonesia pada hari Selasa menolak klaim kelompok separatis bahwa mereka telah membunuh lebih dari selusin tentara pemerintah dalam serangan itu.
Laksamana Yudo Margono membenarkan hanya satu korban jiwa dan mengatakan empat tentara lainnya hilang. Sisanya kembali ke pos masing-masing, katanya. Lima tentara terluka dan dalam kondisi stabil dan dievakuasi ke rumah sakit di Timika.
Juru bicara pemberontak, Sebby Sambom, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa pejuang kelompoknya menahan sisa-sisa 12 tentara, termasuk sembilan yang katanya "ditangkap dan dieksekusi." Para pemberontak tidak memberikan bukti untuk mendukung pernyataan mereka.
Sambom mengatakan sebelumnya pemberontak melakukan serangan sebagai balasan atas "operasi militer besar-besaran" Indonesia di Papua dan pembunuhan dua pemberontak dalam baku tembak dengan pasukan keamanan bulan lalu.
Panglima TNI menolak klaim pemberontak sebagai "berita palsu" dan mengatakan operasi militer di Papua diluncurkan dengan tujuan untuk meminimalkan korban. Namun, dia mengatakan pihak berwenang akan meningkatkan tekanan terhadap pemberontak di sekitar beberapa kubu separatis, termasuk di Nduga.
Pemberontak pada bulan Februari menyerbu sebuah pesawat bermesin tunggal tak lama setelah mendarat di landasan pacu kecil di Paro dan menculik pilotnya. Pesawat tersebut awalnya dijadwalkan untuk menjemput 15 pekerja konstruksi dari pulau-pulau lain di Indonesia setelah pemberontak mengancam akan membunuh mereka.
Pihak berwenang akan terus memprioritaskan pendekatan damai untuk pembebasan Mehrtens, kata Panghlima TNI.
Penculikan pilot itu adalah yang kedua yang dilakukan pejuang kemerdekaan sejak 1996, ketika pemberontak menculik 26 anggota misi penelitian Dana Margasatwa Dunia di Mapenduma. Dua orang Indonesia dalam kelompok itu dibunuh oleh penculiknya, tetapi sandera yang tersisa akhirnya dibebaskan dalam waktu lima bulan.
Penculikan pilot mencerminkan situasi keamanan yang memburuk di wilayah Papua. Pertempuran hari Sabtu adalah yang terbaru dari serangkaian insiden kekerasan dalam beberapa tahun terakhir di Papua di mana konflik antara penduduk asli Papua dan pasukan keamanan Indonesia sering terjadi.
Serangan pemberontak telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir, karena pemerintah memperluas infrastruktur dan Jalan Raya Trans-Papua, sebuah jalan yang sedang dibangun di jantung dataran tinggi Papua. Banyak penduduk asli Papua percaya langkah tersebut merupakan ancaman terhadap identitas dan cara hidup tradisional mereka, yang memicu serangan oleh kelompok separatis yang diikuti oleh pengerahan militer Indonesia lebih lanjut.
Kegiatan militer di Papua telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan kelompok HAM yang mengatakan pendekatan keamanan yang telah diterapkan Jakarta selama puluhan tahun terbukti tidak mampu menyelesaikan kekerasan di wilayah tersebut.
Amnesty International Indonesia menyerukan untuk memprioritaskan dialog dengan separatis untuk mencegah potensi pelanggaran HAM dan krisis kemanusiaan yang lebih besar. Data yang dikumpulkan oleh kelompok hak asasi menunjukkan setidaknya 179 warga sipil, 35 tentara Indonesia dan sembilan polisi bersama dengan 23 pejuang kemerdekaan tewas dalam bentrokan antara pemberontak dan pasukan keamanan antara tahun 2018 dan 2022. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...