Tokoh Lintas Agama FPID Kawal Pemerintahan Baru
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Sejumlah tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Peduli Indonesia Damai (FPID) menyatakan siap untuk mengawal pemerintahan baru pada periode 2024-2029 berdasarkan hasil Pemilu 2024.
Pada pertemuan forum yang digelar forum untuk mencairkan suasana agar hubungan di antara sesama semakin menguat itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Marsudi Syuhud mewakili forum tersebut mengatakan bahwa para pemimpin agama memiliki satu kesamaan visi untuk terus menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Jika ada kurang-kurangnya kita perbaiki, jika masih ada yang belum semua sepakat itu adalah kewajaran yang harus kita jaga," kata Kiai Marsudi dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu (5/5).
Pertemuan itu dihadiri sejumlah tokoh, diantaranya Romo Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, PGI Gumar Gultom, Ketua Umum Dewan Rohanian Majelis Tinggi Konghucu Indonesia (Matakin) XS Budi Santoso, Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI) Engkus Ruswana, Ketum PHDI Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Permabudhi Piandi, hingga Pimpinan Spiritual Nusantara Romo Sri Eko Galgendu.
Marsudi menjelaskan bahwa dalam proses bernegara, pendapat yang berbeda merupakan bagian dari kritik. Menurutnya kritik merupakan sarana untuk melakukan perbaikan-perbaikan.
Tetapi, dia mengingatkan bahwa penyampaian kritik itu bukan dengan cara mencaci maki. Dalam dunia politik, menurutnya perlu ada pihak yang mengkritik agar bisa terjadi sebuah keseimbangan.
"Siapa saja bisa untuk menyampaikan kritiknya, terhadap pemerintah, siapa saja, termasuk kepada kita," kata dia.
Menurutnya, pertemuan antar tokoh lintas agama tersebut pun akan lebih sering digelar hingga membudaya. Dia pun berharap para tokoh politik bisa meniru kegiatan yang dilakukan para tokoh lintas agama dalam FPID tersebut guna mencairkan suasana pasca kegiatan politik lima tahunan.
Sementara itu, Tokoh dari Majelis Tinggi Konghucu Indonesia Budi Santoso mengatakan bahwa negara harus terus bergerak, terlepas dari adanya pihak yang suka atau tidak suka terhadap hasil Pemilu 2024.
"Kita semua setuju untuk memberi ruang dan kesempatan yang dapat mandat untuk meneruskan kepemimpinan Indonesia yang lebih baik," kata Budi.
Selain itu, dia menilai bahwa tidak perlu seluruh pihak dirangkul untuk masuk ke dalam pemerintahan. Untuk pemerintahan ke depan, menurutnya tetap dibutuhkan oposisi yang menjadi penyeimbang pada jalannya pemerintahan yang baru.
"Tetap diperlukan orang-orang partai maupun pikiran-pikiran yang mampu menyeimbangkan agar kebijakan itu mendapatkan masukan positif agar tidak berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan itu akan sangat berbahaya," kata dia.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...