Tradisi Buka Puasa Bersama di Wihara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Hamparan karpet merah membentang di depan bangunan megah Wihara Hemadhiro Mettavati di kawasan Kapuk Raya, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu (26/5) sore.
Puluhan anak laki-laki berbaju koko dan berkopiah, serta anak-anak perempuan berjilbab tampak duduk bersila di hamparan karpet merah tersebut. Para lelaki dan perempuan dewasa dengan pakaian senada pun tampak duduk di tempat yang sama.
Di sudut lain karpet, para banthe tampak menyambut tamu-tamu Muslim yang menghadiri buka puasa bersama yang digelar di halaman wihara. “Ini adalah kebersamaan dan silaturahmi antarumat beragama. Dan bulan Ramadan ini bersamaan dengan Tri Suci Waisak. Buka bersama ini sudah kali kelima kami adakan di wihara. Semoga umat beragama tetap harmonis,” tutur Pengurus Wihara Hemadhiro Mettavati Banthe Khanit, seperti dilaporkan Benny Andriyos dan dilansir kemenag.go.id.
Menurut Banthe Khanit, dalam gelaran buka puasa bersama ini ia mengundang sekitar 250 orang warga Muslim yang tinggal di sekitar wihara. Sebanyak 84 orang di antaranya, anak yatim. Jelang waktu berbuka, pihak wihara membagikan santunan dan bingkisan bagi 84 anak yatim.
Pemberian santunan itu juga disaksikan oleh Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan, para tokoh agama setempat, dan pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta.
Tak lama, kumandang azan magrib pun terdengar, menjadi penanda waktu berbuka puasa bagi umat Muslim. Beberapa pemudi Buddhis pun segera mengedarkan sekotak kurma bagi umat Muslim yang hadir. Suasana buka bersama pun makin semarak, ketika pengemudi ojek online yang kebetulan melintas wihara pun turut bergabung.
Berbagai hidangan khas yang biasa menjadi takjil berbuka puasa pun disajikan. Mulai dari kolak, es buah, aneka ragam kue basah hingga bakpau pun, tersedia.
Seusai warga Muslim menikmati hidangan buka puasa, para banthe dengan jubah kuning khasnya bergegas membersikan karpet yang akan dijadikan tempat salat magrib. Salat magrib berjemaah pun dilaksanakan di halaman Wihara Hemadhiro Mettavati.
Bentuk Kebersamaan dan Keharmonisan
Keakraban antara umat Buddha dan Muslim pun makin terasa saat tiba waktunya makan malam bersama seusai salat berjemaah. Para banthe dan umat Muslim tampak saling membantu menyajikan makanan.
“Ini bentuk kebersamaan dan keharmonisan umat Buddha dengan umat Muslim,” tutur Banthe Khanit.
Selain mengundang warga dan anak yatim untuk berbuka puasa bersama, wihara pun menyampaikan bantuan untuk renovasi musala dan masjid di sekitar Wihara Hemadhiro Mettavati. Banthe Khanit juga menuturkan di areal wihara, ia juga menyediakan musala.
“Untuk memudahkan umat Muslim menunaikan ibadah ketika ada acara di wihara. Musala tersebut kami namakan Yafad Bin Mustofa,” cerita Banthe Khanit.
“Kami berharap antarumat beragama saling mendukung. Kami umat Buddha berkewajiban membantu umat Muslim, Kristen, Katolik maupun Hindu. Mari kita saling mendukung dalam menjaga kebersamaan umat,” ia menambahkan.
Sementara itu, Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi DKI Jakarta Ahmad Astamar memberikan apresiasi kepada Wihara Hemadhiro Mettavati dan umat Buddha.
Ia mengatakan upaya umat Buddha menjalin siluturahmi dan merajut kebersamaan dengan umat Muslim di bulan Ramadan juga dilakukan oleh umat majelis umat beragama lain di antaranya Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Walubi, Matakin, PHDI, dan Keuskupan Agung Jakarta.
Editor : Sotyati
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...