Transformasi Belitung dari Timah ke Pariwisata
PADANG, SATUHARAPAN.COM – Dalam 10 tahun terakhir Pulau Belitung atau Belitong, yang terletak di lepas pantai timur Sumatera, mencuat menjadi salah satu daerah tujuan wisata terkemuka di Tanah Air.
Geliat pariwisata Belitong menemukan momentum setelah penayangan film Laskar Pelangi garapan sutradara Riri Reza dan diproduseri oleh Mira Lesmana yang populer hingga meraup 4,7 juta penonton.
Laskar Pelangi merupakan novel pertama karya Andrea Hirata, berkisah soal kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang berjuang mengikuti pendidikan di SD Muhammadiyah Gantong, Belitong Timur, yang merupakan salah satu pulau terkaya akan timah dengan segala keterbatasan yang dimiliki.
Tidak hanya diadopsi menjadi film, perjuangan Ikal dan sembilan sahabatnya dalam novel itu juga diterjemahkan dalam 25 bahasa asing serta telah dibaca di lebih dari 100 negara.
Bahkan lagu Laskar Pelangi dibawakan grup band Nidji sebagai soundtrack film juga terbilang sukses memuncaki tangga lagu di Tanah Air pada 2008.
Sejak saat itu dimulai transformasi mata pencaharian penduduk yang dulu menambang timah beralih ke sektor pariwisata.
Salah satu destinasi unggulan adalah Pantai Tanjung Kelayang dengan pesona batu granit yang menjadi daya pikat pariwisata negeri Laskar Pelangi tersebut.
Memiliki pasir putih yang bersih, dengan pemandangan ke laut lepas dipenuhi bongkahan batu granit, membuat panorama terlihat eksotis. Tak hanya itu wisatawan juga bisa berlayar ke Pulau Lengkuas dari Tanjung Kelayang untuk melihat mercusuar nan indah.
Kunjungan Meningkat
Padahal pada 2010 sektor pariwisata masih merupakan barang asing dan belum banyak orang yang berani menggarapnya.
Bahkan ketika itu, jika ada yang hendak berkunjung, hanya ada dua bus yang layak yakni bus milik Lapas dan satu lagi milik kepolisian.
Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie menyebutkan saat itu pendapatan asli daerah masih didominasi oleh tambang dan bahan galian C dengan angka di bawah Rp50 miliar.
“Kehadiran film Laskar Pelangi jadi karunia besar untuk Belitung,” ujarnya.
Sejak saat itu masyarakat setempat mulai menyadari ada tambang berlian yang digali tak pernah habis, sebuah industri ramah lingkungan yang jika dikelola dengan benar dan baik lebih menjanjikan, yaitu sektor pariwisata.
Isyak menyebutkan pada kurun 2010 turis yang datang ke Belitung jangankan 100.000 orang, mencapai 30.000 orang per tahun saja sudah bagus. Pada 2018, sebanyak 438.000 orang datang berkunjung ke Belitung.
Kini banyak pihak mulai merasakan manisnya sektor pariwisata dengan capaian pendapatan asli daerah hingga Rp100 miliar per tahun.
Para nelayan di Tanjung Kelayang pun mulai mengubah perahu dari peruntukan menangkap ikan menjadi perahu panjang dengan atap untuk mengangkut orang.
Jika wisatawan sepi mereka akan melaut mencari ikan, saat ramai mereka beralih menjadi mengangkut para pelancong mengitari pulau-pulau yang eksotis.
Demikian juga para pelaku UKM di Belitung ketiban rezeki dengan kian ramainya kunjungan mulai dari usaha kuliner hingga oleh-oleh berupa cenderamata.
Salah seorang pelaku UKM di Belitung, pemilik usaha batik Sepiyak, Della Kartika Aprilia, mengaku bisa meraup omset tak kurang dari Rp60 juta hingga Rp300 juta per bulan dari usaha yang dikelolanya.
Melibatkan penyandang disabilitas ia kini telah mengantongi 10 hak cipta motif batik khas Belitung.
Akan tetapi kenaikan harga tiket pesawat yang terjadi pada awal 2019 sempat memukul sektor pariwisata di Belitung sehingga pemerintah daerah harus memutar akal untuk terus berupaya mendatangkan pelancong.
“Salah satunya dengan menambah maskapai penerbangan langsung ke Belitung,” kata Wakil Bupati Isyak.
Ia mengakui yang paling sulit dilakukan adalah mengubah sudut pandang masyarakat dari menambang yang serbainstan ke sektor pariwisata yang mengedepankan proses dan pelayanan secara berkesinambungan.
“Saat sektor pariwisata terpukul, masyarakat akan kembali ke tambang dan akan sulit mengembalikan ke pariwisata,” ujarnya.
Inovasi
Untuk terus menggaet kunjungan wisatawan pemerintah setempat serius menggulirkan sejumlah kebijakan serta program yang berujung pada peningkatan jumlah kunjungan.
Salah satunya dengan terus menciptakan destinasi baru, tidak hanya berupa tempat, namun juga produk.
Wakil Bupati Belitung Isyak Meirobie menargetkan satu desa satu destinasi baru dan semua diminta berlomba menciptakan.
Apalagi saat musim hujan tentu kunjungan ke pulau akan berkurang, sehingga pihaknya harus berinovasi.
Ia memberi contoh saat ini yang sedang digandrungi turis selain wisata alam adalah wisata pengalaman.
“Misal wisatawan diajak memetik sayur, memasak, atau belajar membatik, membuat keramik sehingga memperoleh pengalaman yang berkesan,” kata dia.
Selain itu penetapan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Kelayang yang akan resmi beroperasi pada 2020, menjadi salah satu pemicu kunjungan.
Apalagi saat ini Belitung juga sedang membidik UNESCO Global Geopark yang merupakan area geografis terpadu dengan situs dan lanskap geologi internasional dikelola dengan konsep perlindungan holistik, pendidikan dan pembangunan berkelanjutan.
Modal Belitung menuju UNESCO Global Geopark mulai dari bekas tambang timah tertua di dunia hingga pantai yang penuh dengan granit dan kehadiran satwa tarsius.
Pemerintah setempat juga serius membenahi berbagai aspek mulai dari standardisasi restoran, pemberian sertifikat higienis bagi usaha kuliner.
Pada awal 2019 Belitung meluncurkan aplikasi “Let’s Go Belitung” berbasis telepon pintar untuk memudahkan wisatawan yang berkunjung sebagai panduan.
Kini Belitung terus berbenah menuju satu juta kunjungan wisatawan dan menjadi Bali baru, yang bisa menjadi pembelajaran bagi daerah lain yang juga fokus pada pengembangan sektor pariwisata. (Ant)
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...