Trenggalek Larang Beli Ternak dari Daerah Endemis Antraks
TRENGGALEK, SATUHARAPAN.COM - Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, resmi mengeluarkan larangan pembelian hewan ternak, khususnya sapi, dari daerah endemis antraks demi mencegah penularan penyakit itu.
"Kami tidak ingin kejadian (tahun) 2017 terulang, dimana masuknya ternak (yang dibawa pedagang) daerah endemis menyebabkan penularan ke ternak lokal," kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek Joko Susanto di Trenggalek, Rabu (12/7).
Kebijakan tersebut, lanjut Joko, sebagai tindak lanjut dan antisipasi menyusul temuan kasus antraks di wilayah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Jika (wabah) sudah masuk, penularan bisa dari rumput yang mengandung spora antraks yang termakan ternak ataupun air minum yang tercemar antraks," papar Joko.
Antisipasi dini dilakukan mengingat tingkat penyembuhan hewan terpapar antraks yang sulit. Meskipun sulit disembuhkan, Joko menyebut ada vaksin antraks yang bisa meminimalkan paparan kasus di suatu daerah.
"Berkaca dari peristiwa yang pernah terjadi di Trenggalek, dulu 2017 pas ada kejadian radius beberapa kilometer sudah kita lakukan vaksinasi antraks selama dua tahun berturut-turut," ujarnya.
Selain tingkat kesulitan proses penyembuhan, bakteri antraks bisa menular ke manusia atau zoonosis.
Untuk itu, Joko mengingatkan agar hewan yang terpapar antraks tidak dikonsumsi pada bagian manapun.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk membeli daging yang hewannya dipotong di rumah potong hewan resmi yang sudah bersertifikat.
Oleh karenanya, Disnak Trenggalek saat ini gencar melakukan program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang bahaya antraks kepada masyarakat baik di tingkat pedagang hingga konsumen. Salah satunya tidak membeli hewan dari daerah endemis antraks. "Meskipun harganya murah," katanya.
Masyarakat diminta untuk segera melaporkan ke dinas peternakan jika menemukan gejala antraks pada hewan ternak. Yang paling umum adalah demam tinggi hingga 42 derajat Celsius, gelisah saat mengunyah hingga menanduk benda keras di sekitarnya.
Selain itu muncul keropeng pada kulit hewan dan kesulitan bernapas. Pada puncaknya, darah keluar melalui dubur, mulut, lubang hidung bahkan urine bercampur darah.
"Segera laporkan jika ada gejala seperti itu. Sapi antraks tidak boleh disembelih ataupun dikonsumsi dagingnya karena sangat berbahaya," katanya.
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...