Trenggiling: Mamalia yang Paling Diperdagangkan di Dunia
AFRIKA SELATAN, SATUHARAPAN.COM – Permintaan trenggiling selalu tinggi di Asia. Mulai dari sisiknya yang digunakan dalam pengobatan tradisional China, hingga dagingnya yang menjadi santapan mewah di Vietnam.
Di pusat rehabilitasi dekat Johanesburg, Afrika Selatan, sekelompok trenggiling sedang menjalani masa pemulihan.
Menurut Dr Karin Lourens, dokter satwa liar, kondisi mereka sangat buruk saat pertama diselamatkan dari perdagangan ilegal.
“Mereka tidak diberi makan selama sekitar 17 hari, dikurung di dalam tas, atau drum, atau kantong, dan dibiarkan begitu saja … Waktu kami terima mereka, mereka kurus kering, mengalami dehidrasi, dan segera membutuhkan perhatian medis,” katanya, seperti dilansir Voaindonesia.com pada Selasa (19/2).
Sisik trenggiling terbuat dari keratin, yang juga ditemukan di kuku manusia, banyak diminati untuk pengobatan tradisional China.
Konon sisik tersebut bisa menyebuhkan radang sendi, meningkatkan produksi ASI, dan menjadi obat kuat untuk laki-laki. Namun, tidak ada riset ilmiah yang mendukung kepercayaan itu.
“(Sisik trenggiling) jadi bagian dari budaya mereka dan digunakan dalam lebih dari 60 produk herbal China sebagai obat,” kata Prof Ray Jansen dari African Pangolin Working Group.
âKelompok tersebut mencatat ada 19.000 ton sisik trenggiling yang diperdagangkan secara ilegal dari Afrika pada tahun 2016; 47.000 ton pada tahun 2017; dan 39.000 ton pada tahun 2018.
“Ini hanya perdagangan yang berhasil kami gagalkan, hanya sekitar 10 persen dari keseluruhan perdagangan,” kata Prof. Ray. “Totalnya mendekati 390 ribu ton sisik tahun lalu.”
Menurut organisasi Traffic, perdagangan internasional ilegal trenggiling semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Indonesia masuk dalam 10 negara teratas yang terlibat dalam perdagangan tersebut. Akibatnya, Indonesia kehilangan hingga 10.000 ekor trenggiling setiap tahunnya, termasuk Trenggiling Sunda (Manis javanica) yang terancam punah.
“Ini merupakan peringatan bahwa satwa Indonesia diburu dalam skala komersial untuk memenuhi permintaan global perdagangan ilegal,” kata Kanitha Krishnasamy, Direktur Traffic Asia Tenggara.
Dari tahun 2011-2015, ada 111 kasus penyitaan trenggiling di Indonesia, dengan lebih dari 35.000 ekor trenggiling yang disita, menurut Traffic.
Sementara beberapa pekan lalu, polisi Sabah, Malaysia menyita 61 trenggiling hidup, 361 kilogram sisik, dan 1.800 boks berisikan trenggiling beku.
Di China, harga sisik trenggiling meningkat dari $11 (Rp155.000) per kilogram pada tahun 1990an menjadi $470 (Rp6,6 juta) pada tahun 2014, menurut riset Beijing Forestry University.
Awal bulan ini, bea cukai Hong Kong menyita 8,3 ton sisik trenggiling dan ratusan gading gajah senilai total $8 juta (Rp113 miliar), menekankan banyaknya hewan langka di Asia yang terancam perdagangan ilegal.
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...