Trump Buka Pidato Perdana di Kongres
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Presiden AS Donald Trump membuka pidato perdananya di Kongres pada Selasa (28/2) dengan menegaskan komitmennya untuk hak-hak sipil dan mengutuk gelombang ancaman baru yang menargetkan pusat komunitas Yahudi di Amerika Serikat (AS).
“Malam ini, saat kita menandai akhir dari perayaan Black History Month kita, kita diingatkan bahwa jalan bangsa kita menuju hak-hak sipil dan tugas kita masih terus berlanjut,” kata Trump saat memulai pidato, hari Selasa (28/2).
“Sejumlah ancaman terbaru yang menargetkan pusat komunitas Yahudi dan vandalisme terhadap pemakaman Yahudi, serta penembakan di Kansas City pekan lalu, mengingatkan kita bahwa meskipun kita bangsa yang terpisah karena beberapa kebijakan, kita negara yang bersatu dalam mengutuk kebencian dan segala bentuk kejahatan,” kata Trump.
Dalam bidang imigrasi, kemungkinan untuk menarik kebijakan utama masih belum ada isyarat pasti. Dia bersikeras bahwa aturan yang telah ia rombak itu bersifat nyata dan positif.
Marak beredar kabar setelah ia mengatakan kepada pembawa berita di Gedung Putih secara rahasia, ia mungkin akan memberikan status hukum untuk imigran gelap.
Dalam sambutannya di Capitol Hill, Trump juga berjanji untuk membuat masyarakat AS lebih aman dengan penegakan hukum oleh pihak imigrasi.
Dia juga membela diri terhadap beberapa kebijakannya seperti menarik diri dari kesepakatan perdagangan Trans Pacific Partnership dan mulai membangun dinding perbatasan AS-Meksiko.
Di barisan penonton, beberapa perempuan dari Partai Demokrat mengenakan baju putih untuk menghormati hak pilih perempuan. Selain itu, anggota dewan dari Partai Demokrat juga mengenakan pita biru untuk American Civil Liberties Union, yang berperan penting dalam menantang larangan imigrasi Trump.
Partai Demokrat juga mengundang beberapa imigran dan orang-orang yang mewakili organisasi tertentu yang dianggap sebagai pihak yang tersakiti oleh kebijakan Trump.
Anggota parlemen biasanya mendapatkan masing-masing satu tiket tamu. Yang diundang di antaranya adalah seorang dokter kelahiran Irak yang menemukan peningkatan kadar timbal dalam darah bagi banyak anak yang tinggal di Flint, seorang pemimpin komunitas Muslim, pengungsi dan aktivis LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender).
Trump juga mendesak rakyat AS untuk tidak kecil hati. “Waktu untuk berpikir sempit sudah berakhir. Waktu untuk ‘perang’ yang sebenarnya sudah ada di belakang kita,” kata dia.
Aljazeera melaporkan pidato Trump kali ini sangat berbeda dari pidato sebelumnya.
“Ini pidato konvensional, pidato presiden.. tanpa menyinggung ‘berita palsu’ atau ‘media tidak jujur’.”
Dia mengatakan dalam sambutannya bahwa waktu untuk perang yang sebenarnya ada di belakang kita, ini sepertinya adalah pidato ulang dari presiden sebelumnya. “Nada baru tapi tidak banyak yang baru dalam hal kebijakan.”
Mendukung NATO
Trump bersikeras mendukung NATO tetapi ia menegaskan bahwa anggota NATO harus siap menanggung risikonya dan memperingatkan pekerjaannya itu ‘bukan mewakili dunia’.
“Pekerjaan saya bukan mewakili dunia. Pekerjaan saya hanya untuk Amerika Serikat,” kata dia kepada anggota parlemen di masa kerja yang sudah memasuki 40 hari tersebut.
“Kami sangat mendukung NATO,” kata dia. “Tapi mitra kami harus memenuhi kewajiban keuangan mereka. Kami berharap mitra kami, baik NATO di Timur Tengah atau Pasifik mengambil peran langsung dan bermanfaat dalam kedua operasi strategis dan militer dan membayar mereka secara adil.”
Dan sekarang, lanjut dia, berdasarkan diskusi yang sangat kuat dan jujur, mereka mulai melakukan kewajiban mereka. Bahkan, Trump meyakinkan uang yang dibutuhkan akan datang.
Trump memuji angkatan bersenjata AS dan bersumpah untuk memberikan tentara “alat yang mereka butuhkan” untuk mencegah perang dan jika perlu “untuk melawan dan menang”.
Dalam usulan anggarannya, presiden akan meningkatkan belanja militer sebesar USD 54 juta dengan memotong anggaran departemen negara dan bantuan luar negeri.
Usulan tersebut telah dikritik oleh Partai Republik yang mengatakan bahwa pemotongan upaya diplomatik akan menambah musuh bagi AS daripada membuat negara itu menjadi lebih aman.
Kebijakan Eksekutif
Sejak menjabat sebagai presiden pada 20 Januari lalu, Trump telah menandatangani setidaknya 23 kebijakan eksekutif tanpa melalui Kongres dan lima rancangan undang-undang menjadi undang-undang.
Ke depan, ia akan membutuhkan dukungan dari Kongres yang didominasi oleh Partai Republik.
Tingkat persetujuan Trump menjabat sebagai presiden sebelum pidato mencapai 44 persen, ini merupakan rekor terendah untuk seorang presiden yang baru dilantik, menurut jajak pendapat dari NBC News dan Wall Street Journal.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan pada 18-22 Februari lalu, 48 persen orang Amerika menyatakan menyetujui kinerja Trump sebagai presiden dan 32 persen mengatakan bahwa pada bulan pertamanya di kantor menunjukkan bahwa ia tidak akan mampu bertahan lama menjadi presiden.
Aaron Kall, seorang komentator politik dari Universitas Michigan mengatakan Trump masih memiliki basis dukungan yang setia antara 35-40 persen dari penduduk negara tersebut, yang berpikir dia akan melakukan pekerjaan besar karena ia memenuhi banyak janji kampanyenya.
“Dia mengatakan dia akan membawa perubahan, mencoba menjadi orang luar, dan bukan tipe seorang politisi. Tapi ia membutuhkan dukungan dari Kongres dan itu akan sulit,” kata Kall kepada Aljazeera.
Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di tengah hujan di luar Gedung Putih beberapa jam sebelum pidato dimulai untuk mengecam sikap pada kebijakan imigrasi dan isu-isu lainnya.
Editor : Diah Anggraeni Retnaningrum
BRIN: Duri Landak dapat Jadi Gel Penyembuh Luka
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset terhadap manfaat ...