Tunjangan Seumur Hidup Diberikan pada 32 Atlet
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akan memberikan tunjangan hari tua kepada 32 mantan atlet Indonesia yang pernah membawa kejayaan di Olimpiade dari yang pertama hingga yang terakhir.
“Pemberian tunjangan dilakukan tiga bulan sekali, tidak putus hingga akhir hayat mereka," kata Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi saat Refleksi Akhir Tahun 2015 di Ruang Media Kemenpora, Jl. Gerbang Pemuda, Senayan, Jakarta, hari Senin (28/12).
“Untuk peraih medali emas diberikan Rp 20 juta per bulan, kemudian untuk peraih perak diberikan Rp 15 juta per bulan, sementara untuk perunggu diberikan Rp 10 juta per bulan,” kata Imam.
Imam menambahkan, bagi atlet difabel yang berprestasi di ajang para games, bonusnya telah disamakan dengan atlet yang berprestasi di SEA Games atau Asian games.
“Sementara ini tunjangan akan diberikan kepada atlet berprestasi olimpiade saja, untuk atlet yang berprestasi pada Asian Games dan SEA Games direncanakan pada 2017, tergantung anggaran," kata dia.
Sampai saat ini ada 10 atlet Indonesia yang sudah lolos kualifikasi olimpiade di mana satu atlet pada cabang atletik, dua atlet pada cabang panahan, dan tujuh atlet pada cabang angkat besi.
Beberapa cabang olahraga lainnya, saat ini sedang mengikuti babak kualifikasi olimpiade. Indonesia menargetkan ada lebih dari 22 atlet dapat berlaga di olimpiade 2016 di Rio de Janeiro.
Sementara itu untuk paralimpik sudah ada dua atlet yang lulus kulaifikasi paralimpik, di mana satu atlet pada cabang tenis meja dan satu atlet untuk cabang angkat berat.
Beberapa waktu lalu, anggota Komisi X DPR RI, Yayuk Basuki, berharap dengan adanya jaminan hari tua bagi atlet akan menjadikan atlet berlatih dengan serius, karena benar-benar menjadi atlet yang mampu meraih prestasi maksimal tanpa memikirkan masa depannya saat sudah tidak menjadi atlet.
Susi Susanti, pebulu tangkis senior putri mengapresiasi niat pemerintah memberi pensiun dan perhatian bagi atlet Indonesia peraih medali di Olimpiade, dia mengaku bersama beberapa atlet cabang olahraga lainnya menantikan perhatian tersebut sejak lama, tapi dia tetap menghargai niat tersebut daripada tidak sama sekali.
“Sebenarnya mulai dari beberapa kali pergantian menpora kita semua insan olahraga dari zaman Orde Baru sampai sekarang zaman reformasi kita menunggu realisasi seperti itu (pemberian uang pensiun kepada atlet, red) sekarang ini kan kalau dibilang telat ya memang, tapi mendingan telat daripada tidak sama sekali, karena buat saya yang penting ada satu penghargaan sehingga ada kepastian untuk masa depan atlet,” kata Susi Susanti kepada satuharapan.com hari Sabtu (12/9), di Jakarta.
Susi memberi contoh pentingnya pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pemberian uang pensiun agar tidak bernasib seperti mantan atlet senam nasional, Amin Ikhsan (42) yang sudah hampir sepuluh bulan menderita penyakit gagal ginjal akut akibat over trainning, dan hingga kini harus menjalani cuci darah rutin seminggu tiga kali di Bandung.
Pemerintah dituntut serius memberi perhatian kepada atlet, tidak hanya yang berprestasi di tingkat dunia, namun kepada seluruh cabang olahraga yang baru berkembang di Indonesia, salah satunya dengan jaminan asuransi hingga masa tua. (Ant).
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...