Tur ke Bangkok: Tak Afdol Jika Tak Mencicip Durian
SATUHARAPAN.COM – Berwisata ke Bangkok, Thailand, tak lengkap rasanya kalau tak mencicip duriannya yang terkenal. Apalagi mencicip durian langsung di kebunnya.
Sebetulnya bukan hanya durian, apakah itu Monthong, Chanee, ataupun Gan Yao, Bangkok juga terkenal akan buah tropis lainnya. Sebut saja mangga, jambu air, jambu biji, buah naga, kelengkeng, hingga pomelo. Hotel-hotel tertentu juga menyajikan buah di dalam kamar-kamar, suatu ajang promosi kekayaan keanekaragaman hayatinya yang patut ditiru.
Suphattra Land, di Nong Lalok, Distrik Ban Khai, Rayong, dapat menjadi pilihan bagi wisatawan pencinta buah-buahan. Memakan waktu perjalanan tiga jam dengan kendaraan bus pariwisata dari ibu kota Bangkok menuju kebun buah dan sayuran itu.
Memasuki areal kebun, pengunjung diajak berkeliling kebun buah naik kendaraan terbuka. Mengingatkan pada sensasi berkeliling kebun buah di Hortimart Agro Center di Bawen, Semarang, Jawa Tengah, yang lebih bervariasi kontur tanahnya.
Penataan kebun di Suphattra Land tematik, blok durian, blok rambutan, manggis, mangga, nangka, kelengkeng, leci, pisang, buah naga, dan lain-lain. Berbagai situs web menyebutkan total 25 buah topis ditanam di kebun itu. Sebagian, seperti manggis, baru memasuki masa berbuah.
Tiba di Fruit Shelter, 34 orang dari Indonesia, peserta tur dari PT Cahaya Karimah Rasya, berkesempatan mencicip aneka durian sepuasnya, dalam perjalanan hari ketiga dari lima hari berwisata ke Bangkok dan Pattaya. “Manis, legit, buah tebal, biji tipis, sayangnya tak ada rasa pahit seperti durian sumatera,” kata Mimiek Ernawahyuni, peserta tur pencinta durian.
Durian berbuah sepanjang tahun di Suphattra Land, dan di Fruit Shelter itu tamu yang membayar entrance fee 400 baht, dapat makan durian sepuasnya. Hanya makan di tempat. Tak boleh dibungkus. Bagi yang tidak suka durian, di lapak lain disediakan buah-buah lain seperti salak, buah naga, papaya, nenas, markisa, rambutan, hingga salad dari aneka sayuran.
Surga Buah-buahan Tropis
Thailand memang surga buah-buahan tropis. Mangga mudah ditemukan dijajakan di berbagai lapak street food di halaman pusat perbelanjaan yang menjamur di Kota Bangkok. Matang ataupun mentah. Mangga matang potong, varietas Nam Dok Mai, dijual dalam kemasan dengan paduan ketan, Thai Mango Sticky Rice, nama dagangnya, dan dipromosikan sebagai “Authentic Thai Street Food”.
Jika punya waktu banyak mengelilingi lapak-lapak street food, kita juga bisa menemukan buah segar jambu air, jambu biji, bengkuang, pomelo, dan kelapa muda, di sela-sela aneka makanan seperti mi, nasi goreng, dan aneka produk makanan laut yang dijajakan dalam tatanan yang menarik. Atau, jeruk dan pomegranate dalam bentuk minuman dalam botol. Satu lagi yang patut diacungi jempol, area jajanan umumnya bersih dan apik.
Weny Gondoboentoro, anggota rombongan asal Surabaya, beruntung menemukan penjual mangga mentah di salah satu sudut jalan. Ia hanya mengeluarkan 100 baht (setara Rp45.000) untuk 10 kilogram mangga yang umumnya mengkal itu, yang dibawanya pulang ke Jawa Timur untuk oleh-oleh. “Murah, dibandingkan di Hocky Surabaya, 1 kilonya Rp 70.000 – Rp 90.000,” katanya, tertawa. “Sayangnya, karena kelamaan di koper, jadinya matang begitu nyampek di Surabaya.”
Buah potong menjadi “camilan” yang pas selama di perjalanan. Sepanjang tur Bangkok-Pattaya pada 18 – 22 Februari lalu, cuaca di siang hari sangat terik. Pilot dalam penerbangan dari Jakarta menyebutkan suhu di Bangkok berkisar 32 – 34 derajat celsius. Sinar matahari terasa menyengat dalam perjalanan menuju Pattaya, 148,5 km mengarah ke tenggara dari Bangkok, menyebabkan sebagian anggota rombongan melepaskan masker sepenuhnya.
Mengutip travel.detik.com, penggal akhir Januari 2019, Tourism Autorithy of Thailand, menyampaikan konsep wisata barunya untuk wisatawan. Konsep bertajuk “Open to The New Shades” itu dimaksudkan untuk memperkenalkan Thailand lebih dalam.
Fokus wisata untuk konsep baru itu mencakup nature, culture, art and craft, gastronomy, dan way of life. Tourism Autorithy of Thailand menginginkan turis datang ke Thailand tidak sekadar karena murah.
Murah atau mahal, memang relatif. Namun, menyadari hidup dari pariwisata membuat pelaku industri itu banyak memberikan kemudahan bagi wisatawan.
Pada tahun 2018, mengutip travel.detik.com 31 Januari 2019, turis Indonesia ke Thailand naik hampir 12 persen, dengan jumlah turis 664.043 wisatawan. Tempat kunjungan favorit adalah Bangkok, Pattaya, dan Phuket, kata Busakorn Prommanot, Direktur Tourism Authority of Thailand.
Tak mengherankan, di beberapa tempat wisatawan Indonesia tidak perlu bersusah payah berkomunikasi ala Tarzan bermodal kalkulator, karena penjual dapat berbahasa Indonesia. Di gerai-gerai Kompleks Wat Arun, salah satu situs terkenal di Thailand yang memiliki nama lengkap Wat Arunratchawararam Ratchaworamahavihara, selain pintar berbahasa Indonesia, penjual juga menerima mata uang rupiah untuk pembayaran.
Di Kompleks Wat Arun pula, selain dapat berbelanja dengan harga miring, di sudut yang lain wisatawan bisa berfoto mengenakan busana tradisional Thailand.
Bahasa Indonesia juga dapat digunakan di pusat oleh-oleh makanan kering. Berkunjung ke Honey Bee Farm, Erawadee Herb Shop, World Gem, rombongan dari Indonesia ini diterima oleh pemandu yang pintar berbahasa Indonesia. Bukan hanya itu, pemandu mitra dari Full Moon Paradise Tour, Bangkok, Aseming Binresa dan Leehuding Salaeh, berbahasa Indonesia dengan lancar, bahkan mengenal beberapa kata dari bahasa gaul.
Pengaruh Merebaknya Virus Corona Baru
Berwisata ke Bangkok dan Pattaya di tengah-tengah gencarnya pemberitaan merebaknya virus corona baru di luar China, tempat pertama kali ditemukannya kasus di Wuhan, Provinsi Hubei, memang ada plus-minusnya.
Cemas? Tentu saja. Namun, sejak berangkat dari Jakarta, Soesri Wulandhari dari Cahaya Karimah Rasya memberikan pembekalan dan perlengkapan ekstra untuk “pertahanan”, mulai dari hand sanitizer, toilet seat sanitizer, masker, hingga sarung tangan. Kelebihannya, tidak perlu sering mengantre, atau berdesak-desakan dengan wisatawan China yang mendominasi jumlah kunjungan wisatawan di Thailand selama ini.
Bangkok Post memberitakan, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Thailand mungkin turun 6 juta tahun ini menjadi 33,8 juta, angka terendah dalam empat tahun, karena meningkatnya kekhawatiran akan wabah virus corona baru, kata Otoritas Pariwisata Thailand (TAT), Senin (2/3).
Angka itu pun di bawah dari perkiraan bulan lalu, 35 juta pengunjung tahun ini, turun 12 persen dari 2019 yang berjumlah 39,8 juta. Sebagian besar disebabkan absennya wisatawan dari China.
Setelah ada kenaikan 2,5 persen dalam kedatangan wisatawan pada bulan Januari, angka Februari diperkirakan merosot 40 persen, dan penurunan yang lebih dalam diperkirakan pada Maret dan April, Gubernur TAT Yuthasak Supasorn mengatakan kepada Reuters.
April akan menjadi bulan terlemah, dengan angka wisatawan kemungkinan jatuh 50-60 persen, katanya. “Songkran tahun ini kemungkinan akan sepi,” kata Yuthasak, merujuk pada festival air terkenal, yang berlangsung 13-15 April.
Pada hari Minggu (1/3), Thailand mencatat kematian akibat virus corona pertama, dengan total 43 kasus sejak 30 Januari. Dampak wabah diperkirakan berlangsung selama lima-enam bulan, dan Yuthasak memperkirakan jumlah wisatawan akan berubah positif mulai Juli.
TAT mengatakan Thailand dapat kehilangan sebanyak 500 miliar baht dalam pendapatan wisata jika tidak ada langkah-langkah untuk mendukung industri, pendorong pertumbuhan utama.
Pemerintah merencanakan langkah-langkah “substansial”, termasuk pinjaman lunak, untuk membantu pariwisata, menurut Menteri Keuangan Uttama Savanayana. .
Pariwisata sangat penting bagi Thailand karena pengeluaran dari pengunjung asing berjumlah 1,93 triliun baht tahun lalu, atau 11 persen dari produk domestik bruto (PDB). Dan, hampir 11 juta turis Tiongkok menghabiskan sekitar 544 miliar baht tahun lalu.
Editor : Sotyati
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...