Tur "Menuju Festival Musik Rumah", Menyemai Energi Positif di Rumah Sahabat
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Setelah lima titik di seputaran Jabodetabek, musisi Petrus Briyanto "Adoy" Adi, Bonita, dan Andie JP melanjutkan tur Menuju Festival Musik Rumah 2018 sejak Sabtu (14/4). Jepara menjadi persinggahan pertama tur dilanjutkan Rumah Sasongko-Semarang, Senin (16/4) dan Cindy's Cafe-Salatiga, Rabu (18/4).
Yogyakarta menjadi persinggahan tur "Menuju Festival Musik Rumah" berikutnya. Di Yogyakarta ketiga musisi melakukan pementasan di dua titik. Hari Jumat (20/4) ketiganya tampil di Ruang Gulma dusun Sembungan Kasihan-Bantul, dan sehari kemudian tampil di kediaman keluarga seniman-perupa Bayu Wardhana di Ambarketawang, Gamping-Sleman.
"Setiap titik ada keunikan tersendiri. Namun semuanya menawarkan semangat yang sama, rumah sebagai persinggahan, melepas penat, dan ruang untuk berbagi." jelas Adoy kepada satuharapan.com saat tampil di kediaman Bayu Wardhana Sabtu (21/4) malam.
Lebih lanjut Adoy menjelaskan bagaimana penyelenggaraan pementasan diserahkan sepenuhnya kepada pemilik rumah mulai dari format pementasan, waktu pementasan, hingga kolaborasi saat tampil. Hal-hal yang terjadi diluar rencana dibicarakan saat itu juga dan menjadi bagian dari cerita tur itu sendiri. Misalnya saat tampil di Ruang Gulma yang direncanakan sore hari karena terjadi jadwal pemadaman listrik akhirnya dialihkan waktunya menjadi malam hari.
"Hal-hal yang demikian tidak terhindarkan pada penyelenggaraan musik rumah (home-concert). Termasuk saat tampil di kediaman Bayu Wardhana dimana kami tidak pernah mengenal sebelumnya. Persiapan dilakukan bersama. Bayu Wardhana menyediakan rumahnya sebagai tempat konser berikut peralatan, dan kami datang dua jam sebelum pentas. Dengan waktu persiapan yang sempit itulah kita bisa membangun komunikasi yang intens yang itu justru tidak terkait hal teknis pementasan." kata Adoy.
Saat sound-check berlangsung, delapan anak Bayu Wardhana dan istrinya mengajak Bonita menyaksikan karya-karya Bayu yang terpajang di studionya. Dalam waktu yang relatif singkat suasana hangat keluarga terbangun dari cerita-cerita yang melatar belakangi terciptanya karya-karya Bayu.
Suasana rumahan pertama kali yang terasa adalah saat Bayu dan istrinya menjadikan ruang makan dengan masakan yang dimasak sendiri sebagai ruang tamunya. Setiap pengunjung yang datang untuk menyaksikan konser diajak ke meja makan dengan menu sederhana sayur lodeh, sayur bobor, tempe-tahu goreng, pepes ikan asin. Tidak kenal, baru kenal, ataupun sudah kenal lama semua mendapat perlakuan yang sama dan hampir-hampir tidak berjarak: silakan menikmati hidangan yang ada.
Ketiga musisi mengawali konser rumah dengan penampilan yang tidak formal dan santai. Beberapa pengunjung yang baru datang bahkan menyaksikannya dari ruang tamu/makan sambil menikmati makan malamnya. Dua belas komposisi lagu dari beberapa album Bonita and The Hus Band, album solo Bonita, dan beberapa lagu cover dibawakan dengan memberikan ilustrasi pada setiap lagu maupun cerita tentang tur yang sudah dan sedang berjalan.
"Di Rumah Bonita kami kerap melakukan home concert, mengundang siapapun yang ingin belajar bersama. Hingga saat ini sudah lebih dari 30-an konser rumah yang telah digelar di Rumah Bonita. Apapun kita perbincangkan dalam semangat merentang persahabatan dan merawat keberagaman." jelas Adoy.
Tur "Menuju Festival Musik Rumah" merupakan bagian dari sosialisasi Festival Musik Rumah (FMR) 2018 yang akan dihelat pada 17-19 Agustus 2018 melibatkan berbagai titik/tempat/rumah lintas daerah, wilayah, bahkan negara. Hingga tulisan ini dibuat, 30 rumah siap berpartisipasi dalam FMR 2018.
Banyak hal menarik tersaji secara alamiah saat ketiga musisi tampil di kediaman Bayu. Penampilan khusus disajikan oleh vokalis anak Pramusetya Kanca yang membawakan sebuah lagu tanpa iringan instrumen.
Saat membawakan lagu "Juwita Malam" karya Ismail Marzuki, tiba-tiba pada interlude lagu tersebut terdengar bunyi saksofon yang dimainkan seorang pengunjung tanpa diketahui ketiganya.
"Saya pikir tadi Andie memainkan tuts pianonya dengan nada saksofon. Tidak biasanya. Ternyata itu memang benar-benar permainan saksofon. hahaha... ." teriak Bonita mengungkapkan keterkejutannya.
Musisi ballad asal Yogyakarta Sri 'encik' Krishna menutup konser dengan sebuah lagu yang didedikasikan khusus untuk Bayu Wardhana.
"Dari rumah dengan semangat saling menjaga, Bayu membangun banyak hal di tengah keterpurukannya. Beberapa tahun yang lalu di rumah ini saat Bayu stagnasi berkarya yang ada adalah cerita kegetiran. Dorongan istri dan anak-anaknyalah yang membuat Bayu bisa segera bangkit." kata Encik membagikan sebuah kisah nyata bagaimana sebuah rumah dengan kepedulian dari setiap penghuninya adalah rangkaian energi positif untuk menanam, membicarakan, dan menyongsong apapun.
Dalam sebuah rumah bersama, ketika energi postif yang ditanamkan pada suatu saat energi positif itu juga yang akan dituai. Begitupun pada sebuah bangsa: berhentilah menanam dan menebarkan kebencian.
Mencegah Kebotakan di Usia 30an
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Rambut rontok, terutama di usia muda, bisa menjadi hal yang membuat frust...