Turis Amerika Menemukan Tempayan Berusia 5.000 Tahun di Gua Qumrah, Israel
Gua di wilayah Qumran itu adalah tempat ditemukannya naskah kuno Alkitab, yang dinilai sebagai temuan besar dan sangat penting, terutama bagi kekristenan.
YERUSALEM, SATUHARAPAN.COM-Baru-baru ini, turis dari Amerika Serikat, Robbie Brown, menemukan tempayan dan mangkuk serta sepotong perkamen kuno di sebuah gua di wilayah Qumran dekat Laut Mati.
Setelah kembali berkunjung ke Israel dengan teman-teman setelah pencabutan pembatasan perjalanan COVID-19, Brown meminta izin khusus untuk mengunjungi situs penggalian arkeologi di wilayah Qumran dekat Laut Mati. Di sana, lima tahun lalu dia menjadi sukarelawan dengan Dr. Oren Gutfeld dari Hebrew University of Jerusalem dan Dr. Randall Price dari University of Liberty di Virginia.
Penggalian gua 53, demikian situs itu disebut, secara teoritis selesai pada tahun 2017, kata Otoritas Purbakala Israel (IAA). Pada saat itu, para arkeolog menemukan pecahan guci dan mangkuk yang berfungsi sebagai tutup guci, kurma dan biji zaitun, dan bahkan sepotong gulungan perkamen kuno yang kosong. Padahal, gua tersebut telah digali selama 30 tahun sebelumnya oleh IAA yang dipimpin oleh Dr. Yigal Israel dan mendiang Dr. Rudolf Cohen, yang telah menemukan barang antik dari periode Neolitik dan Romawi.
Namun, ketika Brown dan teman-temannya naik ke gua yang terletak 100 meter di atas garis jalan, mereka terkejut menemukan sisa-sisa tembok yang runtuh, dan tepat di sebelahnya ada tempayan tembikar berusia 5.000 tahun.
Dalam penggalian gua, Brown tahu untuk memotret tempayantanpa memindahkannya atau menyentuhnya, dan menghubungi IAA. Amir Ganor, direktur unit pencegahan perampokan IAA, datang langsung ke lokasi bersama Gutfeld dan Aviam Atar, direktur distrik Otoritas Alam dan Taman.
"Luar biasa," kata Ganor, mencatat bahwa gua itu adalah bagian dari survei gua Gurun Yudea yang dilakukan dua tahun lalu oleh para arkeolog IAA, yang dimaksudkan untuk mendokumentasikan dan menemukan semua penemuan kuno di gua-gua gurun dalam upaya untuk menggagalkan pencurian barang antik.
“Tampaknya tempayan itu terungkap sebagai akibat dari runtuhnya sebagian dinding gua di pintu masuk gua, yang dapat terjadi seiring waktu. Ini mungkin temuan lengkap pertama yang kami temukan dari periode ini di gua-gua di Gurun Yudea.”
Selama survei gua mereka, sisa-sisa pecahan tembikar ditemukan dari Zaman Perunggu Awal, tambahnya.
“Ada baiknya bahwa orang yang memasuki gua itu adalah Robbie, yang berpartisipasi dalam penggalian dan menyadari pentingnya temuan dan perannya dalam menyelesaikan teka-teki arkeologi Tanah Israel,” kata Ganor.
“Kami meminta warga yang menemukan artefak untuk meninggalkannya di tempat dan segera menghubungi kami sehingga kami dapat memaksimalkan informasi arkeologi dari temuan tersebut.” Ganor menambahkan bahwa memanjat tanpa izin di area tebing Gurun Yudea berbahaya dan dilarang oleh hukum.
Kendi tanah liat telah dikeluarkan dari gua dan akan dianalisis secara ilmiah.
Tempat Naskah Alkitab Kuno Ditemukan
Sebanyak 972 naskah yang berasal dari abad pertama dan kedua Sebelum Masehi, termasuk salinan Kitab Perjanjian Lama tertua yang diketahui, ditemukan di gua-gua Qumran di daerah yang sama pada tahun-tahun awal kenegaraan Israel.
Sejak itu, ribuan fragmen telah ditemukan. Mayoritas ditulis dalam bahasa Ibrani kuno sementara yang lain ditulis dalam bahasa Aram dan Yunani.
Tujuh gulungan pertama ditemukan dalam tempayan tanah liat pada tahun 1947, menurut cerita tradisional, oleh seorang gembala muda Badui yang mengejar salah satu kambingnya. Yang terjadi kemudian adalah perlombaan untuk membeli gulungan, dan kemudian menggali daerah tersebut, setelah seorang pedagang barang antik yang telah membeli gulungan dari Badui menunjukkan bagian dari gulungan kepada Profesor Universitas Ibrani Elazar Sukenik pada malam kemerdekaan Israel.
Sukenik berhasil membeli tiga gulungan sebelum perang pecah, dan Israel kemudian membeli gulungan lainnya setelah perang.
Karena iklim kering di daerah Laut Mati, gulungan-gulungan itu terpelihara dengan baik. Mereka diperkirakan ditulis oleh anggota sekte Yahudi Essene yang tinggal di sebuah komunitas di bawah gunung tempat gua berada.
Sisa-sisa dari masyarakat juga ditemukan dalam penggalian. Selain menjelaskan kehidupan Yahudi selama periode itu, gulungan-gulungan itu juga memberikan informasi kepada para sarjana tentang kemunculan Kekristenan awal.
Tujuh gulungan pertama yang ditemukan dipajang di Kuil Kitab yang dibangun secara khusus di Museum Israel di Yerusalem.
Kepemilikan gulungan-gulungan itu telah diperebutkan oleh Yordania, yang memiliki kedaulatan atas wilayah Qumran hingga tahun 1967, dan pada tahun 2010 ketika gulungan-gulungan itu dipamerkan di Kanada, Yordania menuntut agar Israel menyerahkan sebagian yang sebelumnya disimpan di Museum Rockefeller di timur Yerusalem. Setelah Perang Enam Hari, Israel memindahkan gulungan-gulungan itu ke Kuil Kitab.
Kanada dan negara lainnya menolak permintaan Jordan agar mereka menyita gulungan-gulungan itu ketika telah dipamerkan di museum-museum di luar negeri.
Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan kepada The Jerusalem Post pada saat permintaan Yordania, “Pendudukan Yordania di Tepi Barat tidak pernah diakui oleh komunitas internasional, dan kerajaan melepaskan semua klaim atas wilayah tersebut. Gulungan itu tidak ada hubungannya dengan Yordania atau orang-orang Yordania.”
Fragmen gulungan lainnya termasuk gulungan lengkap yang dikenal sebagai Gulungan Tembaga, yang ditemukan dalam penggalian awal tetapi diyakini berasal dari periode yang berbeda dari gulungan lainnya, dipamerkan di ruang yang dikontrol iklimnya, di Museum Jordan. Gulungan Tembaga terbuat dari logam dan berisi daftar tempat di mana barang-barang emas dan perak disembunyikan, dan telah digunakan sebagai peta oleh para pemburu harta karun. (The Jerusalem Post)
Editor : Sabar Subekti
Awas Uang Palsu, Begini Cek Keasliannya
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Peredaran uang palsu masih marak menjadi masalah yang cukup meresahkan da...