Turki dan Uni Eropa Sepakati Dana USD 3 Miliar untuk Pengungsi
BRUSSELS, SATUHARAPAN.COM – Turki dan Uni Eropa pada pertemuan puncak hari Minggu (29/11) menyepakati dana bantuan sebesar USD 3,2 miliar (Rp 44,2 triliun) untuk membendung aliran pengungsi Suriah dan migran lainnya ke Eropa.
Ankara akan mencoba membendung aliran pengungsi yang berasal dari Suriah untuk bermigrasi ke Eropa. Langkah ini merupakan salah satu upaya Turki untuk bisa menjadi anggota Uni Eropa pada Desember mendatang yang pembahasannya sempat terhenti, kata Presiden Uni Eropa Donald Tusk.
Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan itu adalah ‘hari bersejarah’ dan bersumpah bahwa negaranya akan menepati janji-janjinya dalam menghadapi skeptisisme dari 28 negara anggota Uni Eropa lainnya.
“Kami berharap ada langkah besar untuk mengubah aturan terhadap pengungsi ketika mereka migrasi ke Eropa melalui Turki,” kata Tusk dalam konferensi pers dengan Davutoglu dan Kepala Komisi Eropa Jean-Claude Juncker.
“Kami juga akan meningkatkan bantuan untuk pengungsi Suriah di Turki melalui dana USD 3,2 juta tersebut,” kata mantan perdana menteri Polandia.
Kemajuan Turki dalam memenuhi persyaratan pada kesepakatan akan ditinjau setidaknya sebulan sekali, kata Tusk menambahkan.
Negosiasi itu sempat berlangsung ‘alot’ mengingat hubungan antara Brussels dan Ankara yang tidak harmonis, ditambah dengan kekhawatiran Eropa atas sejarah kelam hak asasi manusia dan peran Turki dalam perang Suriah termasuk penembakan pesawat perang Rusia pekan lalu.
Juncker menegaskan dana sebesar USD 3,2 miliar itu tidak diberikan secara cuma-cuma.
Dia juga menambahkan meskipun sudah mencapai kata sepakat, “kami belum melupakan perlakuan Turki atas hak asasi manusia dan kebebasan pers di Turki. Namun, kami mengembalikan kewenangan sepenuhnya kepada Turki.”
Sebelumnya, dua wartawan Turki dituduh sebagai mata-mata atas laporan mereka tentang dugaan bantuan Ankara kepada pemberontak Suriah. Pada pertemuan puncak tersebut, Uni Eropa mendesak Turki untuk tidak berurusan dengan HAM.
Davutoglu, yang mendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengatakan kesepakatan itu akan memberikan energi kembali terhadap proses aksesi Uni Eropa-Turki yang telah mengalami kemajuan sejak pembicaraan itu dimulai pada tahun 2005.
“Ini adalah hari bersejarah dan pertemuan bersejarah sejak 11 tahun yang lalu,” kata Davutoglu menambahkan.
“Turki akan memenuhi semua janji dari kesepakatan bersama,” kata dia. “Dana ini digunakan untuk membendung aliran pengungsi, bukan untuk Turki.”
Patroli Laut dan Pemeriksaan Perbatasan
Turki akan mencoba untuk membendung aliran pengungsi yang bermigrasi ke Eropa melalui patroli angkatan laut dan pemeriksaan perbatasan.
“Seperti yang telah disepakati, kedua belah pihak akan meningkatkan kerja sama secara aktif pada pengungsi yang tidak memerlukan perlindungan secara internasional, mencegah mereka masuk ke Turki dan Eropa, dan dengan cepat mengembalikan mereka ke negara asal mereka.
Sudah sekitar 850.000 warga Suriah, yang dipicu karena perang, memasuki Uni Eropa tahun ini dan lebih dari 3.500 di antaranya tewas atau hilang dalam krisis pengungsi terburuk yang pernah dihadapi Eropa sejak Perang Dunia II itu.
Turki merupakan gerbang utama bagi para migran dan pengungsi untuk mencapai Eropa.
Jerman adalah pihak yang mendorong terselenggaranya pertemuan puncak karena negara itu menjadi tujuan utama bagi sebagian besar migran yang tiba di wilayah Eropa. (middleeasteye.net)
Editor : Bayu Probo
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...