Turki Menentang Pemerintahan Otonomi Kurdi di Suriah
ANKARA, SATUHARAPAN.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan negaranya menentang gagasan pemerintah otonom Kurdi di Suriah utara, demikian laporan media setempat hari Selasa (27/1).
"Kami tidak ingin Irak baru. Apa ini? Irak Utara," kata Erdogan seperti dikutip surat kabar Turki, Hurriyet, dalam perjalanan dari tur ke Afrika pada akhir pekan lalu. Dia merujuk pada wilayah Irak yang dikuasai Kurdi dan dikenal sebagai Kurdistan Irak.
"Suriah utara, setelah Irak utara ... Hal ini tidak mungkin bagi kita untuk menerimanya," katanya. "pembentukan itu akan menyebabkan masalah serius di masa depan."
Komentar Erdogan muncul setelah milisi Kurdi memaksa Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) meninggalkan kota Kobane di Suriah, yang berada tepat di seberang perbatasan dengan Turki. Mereka juga mengangkat bendera Kurdi pada hari Senin. Ini merupakan pukulan berat bagi kelompok jihadis NIIS setelah berbulan-bulan pertempuran yang intensif.
Pasukan Kurdi secara bertahap mendorong militan NIIS yang menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah. Mereka mendapat bantuan dari serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat, dan kelompok pejuang Kurdi dari pasukan Peshmerga Irak.
Turki juga menghadapi pemberontakan Kurdi di wilayah tenggara selama 30 tahun, dan bersikap ragu-ragu dalam bertindak untuk membebaskan Kobane dari NIIS, karena khawatir hal itu bisa memberi kekuatan bagi pasukan Kurdi.
Erdogan di masa lalu mengatakan bahwa negaranya tidak akan mengizinkan "kelompok teroris untuk mendirikan kamp di Suriah utara" yang akan mengancam Turki.
Turki juga memasukkan dalam daftar hitam (blacklist) terhadap pemberontak Partai Pekerja Kurdistan (PKK), dan menuding menggunakan kesempatan di Irak utara sebagai batu loncatan untuk serangan mematikan di wilayahnya. Turki juga menilai sebagai organisasi teroris terhadap Partai Uni Demokratik Kurdi di Suriah (PYD) sebagai cabang PKK di Suriah.
Turki menolak berperan secara tegas dalam koalisi pimpinan AS terhadap NIIS, yang mendorong Kurdi bergerak ke jalan-jalan pada bulan Oktober. Lebih dari 30 orang meninggal dalam dua hari bentrokan jalanan di wilayah tenggara yang penduduknya mayoritas Kurdi.
satu-satunya kontribusi Turki pada koalisi adalah memungkinkan angkutan bagi kelompok Peshmerga Kurdi Irak melewati wilayah Turkiuntuk melawan militan NIIS di Kobane. (AFP)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...