Turki Peringati 100 Tahun Pertempuran Gallipoli
ANKARA, SATUHARAPAN.COM - Turki akan memperingati 100 tahun Pertempuran Gallipoli pada 24 -25 April mendatang yang juga dihadiri 20 kepala negara, dan sekitar 20 negara lain diwakili pejabat setingkat menteri.
Turki telah dikecam oleh Armenia, karena menjadwal ulang peringatan pertempuran Gallipoli yang terjadi pada 18 Maret diubah sehingga bertepatan dengan tanggal ketika Armenia memperingati pembantaian waerga Armenia oleh Kesultanan Ottoman pada 1915 yang disebut sebagai genosida Armenia.
Menurut media Turki, Hurriyet Daily News, kepala negara yang hadir adalah dari Albania, Azerbaijan, Bosnia dan Herzegovina, Chad, Djibouti, Irak, Irlandia, Kosovo, Macedonia, Mali, Montenegro, Niger, Pakistan, Qatar, Senegal, Slovenia, Somalia, Sudan Selatan, Turki Siprus dan Turkmenistan.
Sementara itu Hungaria akan diwakili mantan presiden untuk menghadiri peringatan pada peristiwa yang terjadi di Çanakkale itu. Disebutkan perdana menteri Australia, Moldova, Selandia Baru dan Rumania juga akan ada di Çanakkale. Namun tetangganyas, Suriah, akan diwakili oleh juru bicara Koalisi Nasional Suriah (SNC), Khaled Hodja, karena Ankara tidak mengakui rezim Suriah, Bashar Al-Assad.
Sedangkan Bahrain, Kanada, Kroasia, Perancis, Gabon, Georgia, Ghana, Guinea, India, Lebanon, Lithuania, Mongolia, Mauritania, Mozambik, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Tajikistan, Tunisia dan Vietnam akan diwakili pejabat setingkat menteri.
Pangeran Charles dan Pangeran Harry dari Inggris telah mengkonfirmasi bahwa mereka akan menghadiri acara di Gallipoli.
Baca Juga :
Protes Armenia
Pihak Armenia menjadi marah karena Turki mengubah peringatan peristiwa pertempuran yang memicu pecahnya Perang Dunia I itu pada 24 - 25 April, di mana sebelumnya dilakukan pada 18 Maret Pada pertempuran itu pasukan Sekutu mulai serangan ke semenanjung dari Selat Dardanella.
Bagi Turki, Pertempuran Gallipoli dikatakan telah melahirkan kesadaran nasional dan menandai langkah penting dalam membangun Turki modern dari Kekaisaran Ottoman yang telah runtuh.
Banyak prajurit yang bertempur hampir sembilan bulan, dan dianggap sebagai salah satu kekalahan paling signifikan Sekutu, yang kemudian memainkan peran kunci dalam terbentuknya Republik Turki oleh Mustafa Kemal Atatürk.
Tapi peristiwa pada 1915 itu memiliki akibat yang yang jauh lebih kelam bagi warga Armenia. Disebutkan 1,5 juta orang dari nenek moyang mereka meninggal dalam serangan genosida oleh pasukan keamanan Ottoman yang bertujuan untuk membasmi mereka dari Anatolia, di tempat yang sekarang disebut sebagai Turki timur.
Stray Kids Posisi Pertama Billboard dengan Enam Lagu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Grup idola asal Korea Selatan Stray Kids berhasil menjadi artis pertama d...