Turki Tahan Wartawan VOA
ANKARA, SATUHARAPAN.COM - Turki, yang sedang dalam keadaan darurat sejak upaya kudeta yang gagal pada 15 Juli, telah menahan puluhan wartawan.
Khajijan Farqin, wartawan lepas yang bekerja untuk Voice of America (VOA), telah ditahan oleh pihak berwenang Turki di Diyarbakir.
Kabar mengenai penangkapannya disampaikan hari Sabtu (26/11) oleh seorang kerabat keluarga, yang mengatakan alasan penahanan Farqin tidak jelas. Keluarganya mengatakan karena status keadaan darurat di wilayah itu, bahkan pengacaranya tidak bisa mengontak wartawan perempuan itu selama lima hari.
Polisi pada Sabtu (19/11) menahan dua wartawan TV Swedia di provinsi mayoritas Kurdi Diyarbakir di Turki selatan setelah mereka syuting di dekat zona militer, demikian dilaporkan kantor berita setempat.
Namun, lembaga penyiaran publik Swedia SVT melaporkan bahwa wartawan Stefan Asberg dan Niclas Berglun diinterogasi, tapi tidak ditahan, karena mereka meliput di Turki tenggara.
Keduanya sedang dalam perjalanan kembali ke kantor mereka di Istanbul, kata kantor berita tersebut.
Kantor berita swasta Dogan sebelumnya melaporkan bahwa kedua wartawan tersebut ditangkap setelah mereka syuting di sebuah daerah tempat markas militer berada.
Setelah diinterogasi, keduanya dibawa ke departemen luar negeri, bagian dari layanan polisi yang menangani masalah deportasi, menurut laporan Dogan tanpa memberikan informasi lainnya.
Namun, editor berita asing SVT Ingrid Thornqvist mengatakan di situs perusahaan tersebut bahwa situasinya tenang dan kedua wartawan sedang dalam perjalanan kembali ke rumah mereka di Istanbul.
“Ini bukan hanya terjadi pada wartawan kami, (kejadian) semacam itu sekarang berlangsung setiap hari; mereka dapat melanjutkan pekerjaan mereka,” ucap Thornqvist.
“Situasi tenang dan mereka dalam perjalanan pulang.”
Pemerintah Turki pada bulan ini mengusir seorang wartawan Prancis setelah ditahan di dekat perbatasan Suriah di wilayah tenggara.
Olivier Bertrand dari media berita online Les Jours ditahan di Provinsi Gaziantep, tempat dia berusaha meliput situasi Turki pascakudeta.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault menyebut penahanannya “sangat mengejutkan, tidak dapat diterima.”
Akhir bulan lalu, ribuan orang melakukan unjuk rasa di Diyarbakir menyusul pencopotan dan penangkapan kedua wali kota, Gultan Kisanak dan Firat Anli, atas tuduhan terorisme. Diyarbakir, kota terbesar di Turki tenggara, merupakan pusat dari gerakan pro-Kurdi.
Ajax Akan Gunakan Lagi Logo Tahun 1928
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Klub sepak bola Liga Belanda, Ajax Amsterdam, kembali menggunakan logo la...