Twitter Terapkan Aturan Ujaran Kebencian dan Pelecehan
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM — Twitter telah mulai memberlakukan peraturan baru untuk melarang pernyataan yang berisi "kebencian dan pelecehan" dalam jaringan sosial, termasuk pesan yang mendorong atau menyanjung kekerasan.
Situs media sosial populer itu mencabut sementara akun kelompok ekstrem kanan Inggris yang bernama Britain First, yang secara berkala memasang video penghasutan untuk menunjukkan apa yang disebutnya, orang-orang Islam yang terlibat dalam tindakan kekerasan.
Akun pribadi dua pemimpin kelompok itu, Jayda Fransen dan Paul Golding, juga ditutup.
Presiden Amerika Donald Trump bulan lalu mencuit lagi tiga video dari akun Fransen yang menunjukkan apa yang disebutnya orang-orang Islam yang melakukan tindak kekerasan. Cuitan tersebut mendorong sejumlah anggota parlemen di Amerika dan Inggris untuk berbicara menentang Trump dan Britain First.
Beberapa anggota parlemen Inggris bahkan meminta agar kunjungan kenegaraan Trump ke negara itu dibatalkan.
Setelah Belanda membantah kebenaran salah satu video yang disebar ulang oleh Trump itu, Gedung Putih membela tindakan Trump, dengan mengatakan bahwa "tidak menjadi soal" apakah video itu betul atau tidak, karena "ancaman yang ditunjukkannya nyata".
Twitter telah dikecam karena memberi status "telah diverifikasi" kepada akun orang-orang yang terlibat dengan kelompok-kelompok ekstrem kanan dan neo-Nazi. (VOA)
Editor : Melki Pangaribuan
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...