Twitter Tutup 360.000 Akun Ekstremis
Twitter mengatakan bahwa penutupan akun-akun pengguna telah meningkat 80 persen sejak 2015.
SAN FRANCISCO, SATUHARAPAN.COM – Twitter, pada hari Kamis (18/8) mengumumkan telah menutup 360.000 akun yang mempromosikan terorisme pada plarform mereka sejak pertengahan tahun 2015.
“Pada awal tahun 2016 ini, kami mengumumkan telah menangguhkan lebih dari 125.000 akun sejak pertengahan tahun 2015, karena melanggar larangan lama kami pada ancaman kekerasan dan promosi terorisme dan berbagi langkah-langkah yang kita ambil sebagai sebuah perusahaan untuk memerangi konten ini,” kata Twitter dalam blog resminya, hari Kamis (18/8).
“Sejak pengumuman itu, dunia telah menyaksikan gelombang lebih lanjut dari serangan teror mematikan, menjijikkan di seluruh dunia. Kami sangat mengutuk tindakan ini dan tetap berkomitmen untuk menghilangkan promosi kekerasan atau terorisme pada platform kami,” tulis Twitter.
“Sementara pekerjaan kami belum selesai, hari ini (18/8) kami mengumumkan bahwa kami telah menangguhkan 235.000 akun lagi karena melanggar kebijakan kami terkait dengan promosi terorisme selama enam bulan terakhir terhitung sejak Februari 2016. Jadi jumlah akun yang ditutup secara keseluruhan menjadi 360.000 sejak pertengahan tahun 2015,” tulis pernyataan Twitter.
Twitter mengatakan bahwa penutupan akun-akun pengguna telah meningkat 80 persen sejak 2015. Mereka menambahkan bahwa banyak penutupan itu dilakukan segera setelah serangan-serangan teroris.
Tidak Sama
Perusahaan yang berbasis di AS itu mengatakan mereka juga telah membuat kemajuan dengan mencegah para pemilik akun yang ditutup untuk kembali menggunakan jaringan media sosial tersebut dengan menggunakan akun yang berbeda, dan bahwa mereka "berkolaborasi dengan jaringan-jaringan media sosial yang lain dalam mengidentifikasi konten teroris."
Meski ada kemajuan, banyak pemilik akun yang ditutup menemukan jalan kembali ke Twitter.
"Jumlahnya termasuk sejumlah pengguna yang cukup besar yang berulang kali ditutup akunnya setelah membuka akun baru, jadi jumlah akun yang ditutup tidak sama dengan jumlah pengguna," kata J.M. Berger, peneliti di program ekstremisme George Washington University seperti dikutip VOA, hari Jumat (19/8).
“Ini bukan angka yang sepele," dia menambahkan.
Berger merupakan penulis utama studi tahun 2015 berjudul "Sensus ISIS di Twitter," yang menemukan bahwa para pendukung Negara Islam (ISIS) menggunakan sedikitnya 46.000 akun Twitter antara September dan Desember 2014, masing-masing memiliki rata-rata 1.000 pengikut.
Twitter telah dikritik sebelumnya karena tidak melakukan cukup upaya untuk memangkas aliran konten ekstremis. Namun Berger mengatakan Twitter telah membuat kemajuan.
"Jaringan ISIS di Twitter saat ini kurang dari 10 persen daripada tahun 2014 ketika kami melakukan sensus," kata Berger.
Menanggapi pemangkasan oleh Twitter dan jaringan-jaringan media sosial lainnya, para pengikut ISIS telah pindah ke aplikasi pesan yang terenskripsi, seperti Telegram dan WhatsApp, untuk berkomunikasi dengan para pengikut secara terbatas.
"Telegram memungkinkan para pengikut yang ada saling berkomunikasi, namun Twitter dan Facebook adalah tempat utama untuk menemukan pendukung baru di dunia maya," kata Berger.
"Para perekrut dan penyebar propaganda ISIS tahu hal ini, jadi mereka sangat menekankan kepada para pendukung di Telegram untuk membuka akun baru di Twitter," dia menegaskan.
Editor : Eben E. Siadari
Risiko 4F dan Gejala Batu Kantung Empedu
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif konsultan RSCM dr. Arn...