UE Sepakat dengan Ethiopia Bantuan Pembangunan Senilai 650 Juta Euro
ADIS ABABA, SATUHARAPAN.COM-Uni Eropa dan Ethiopia menandatangani kesepakatan pembangunan senilai 650 juta euro pada hari Selasa (3/10) selama kunjungan pejabat tinggi UE yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan setelah berakhirnya perang berdarah selama dua tahun di wilayah Tigray.
“Sudah waktunya untuk menormalisasi hubungan secara bertahap dan membangun kembali kemitraan yang saling memperkuat dengan negara Anda,” kata Komisioner Eropa untuk Kemitraan Internasional, Jutta Urpilainen, saat menandatangani perjanjian dengan Menteri Keuangan Ethiopia, Ahmed Shide.
Program Indikatif Multi-tahunan (MIP), yang berjumlah 650 juta euro (US$680 juta) untuk tahun 2024-2027, seharusnya selesai pada tahun 2021 tetapi ditangguhkan karena konflik Tigray.
Urpilainen, mantan menteri keuangan Finlandia, mengatakan MIP “adalah langkah konkrit pertama menuju normalisasi”.
“Ini memperbarui komitmen UE untuk bekerja, bersama dengan negara-negara anggota UE… untuk berkontribusi pada stabilitas Ethiopia, rekonstruksi pasca konflik, dan pemulihan ekonomi makro.”
Ahmed mengatakan penandatanganan MIP “sangat penting” bagi Ethiopia, dan menambahkan bahwa UE selama 40 tahun telah menjadi “mitra strategis bagi Ethiopia, mendukung pembangunan ekonomi dan reformasi ekonomi Ethiopia”.
Dia mengakui bahwa kemitraan tersebut telah “melambat” karena konflik Tigray, dan menambahkan: “Sekarang, penandatanganan MIP akan memungkinkan kita untuk kembali ke kemitraan pembangunan yang normal.”
Ditandatangani setiap tujuh tahun, MIP menentukan bidang-bidang prioritas kerja sama antara UE dan mitranya, termasuk alokasi keuangan.
Bantuan Anggaran Tidak Dilanjutkan
Blok Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara ini adalah salah satu mitra pembangunan utama bagi Ethiopia, negara dengan populasi terbesar kedua di Afrika yang sedang bergulat dengan kekerasan internal, situasi ekonomi yang memburuk, dan bencana alam seperti kekeringan.
Sekitar 17 persen dari 120 juta penduduknya bergantung pada bantuan pangan, yang ditangguhkan oleh Amerika Serikat dan Program Pangan Dunia PBB (WFP) pada bulan Juni dengan alasan pengalihan pasokan yang meluas.
Urpilainen mengatakan Brussel tidak melanjutkan bantuan anggaran ke Ethiopia yang ditangguhkan sebulan setelah dimulainya pertempuran di Tigray pada November 2020. “Dalam hal modalitas dukungan anggaran, terdapat persyaratan yang sangat ketat,” katanya, seraya menambahkan bahwa program Dana Moneter Internasional (IMF) diperlukan.
Ethiopia saat ini sedang bernegosiasi dengan pemberi pinjaman yang berbasis di Washington untuk mencari dukungan bagi reformasi ekonomi negaranya.
“Selain itu kami juga mempunyai beberapa kondisi politik,” kata Urpilainen tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Perang Tigray menewaskan banyak sekali warga sipil dan memaksa sekitar dua juta orang mengungsi sebelum berakhir dengan gencatan senjata yang mengejutkan pada November tahun lalu. UE mendukung implementasi perjanjian perdamaian “melalui dialog nasional, serta akuntabilitas dan keadilan transisi”, kata Urpilainen.
“Stabilisasi di Tigray sedang berlangsung, namun situasinya masih kompleks dan rapuh termasuk di beberapa wilayah lainnya.”
Pertempuran meletus awal tahun ini antara pasukan federal dan milisi lokal di wilayah Amhara dan kekerasan masih terjadi di beberapa wilayah lain di negara tersebut, sebuah mosaik yang terdiri dari lebih dari 80 komunitas etno linguistik.
Komisaris Uni Eropa yang berkunjung juga mengadakan pembicaraan terpisah dengan Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, dan Ketua Komisi Uni Afrika, Moussa Faki Mahamat, namun media tidak diikutsertakan. (AFP)
Editor : Sabar Subekti
Dampak Childfree Pada Wanita
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama membeberkan sejumlah dam...