Uganda Selidiki 100 Sekolah Ajarkan Pendidikan Seks
KAMPALA, SATUHARAPAN.COM – Pemerintah Uganda menyelidiki lebih kurang ratusan sekolah menengah yang melatih guru dan siswa tentang pendidikan seks yang tidak mendapatkan persetujuan Kementerian Pendidikan Uganda.
"Dengan keprihatinan besar, kementerian telah mencatat sejumlah organisasi dan individu secara sukarela untuk mengembangkan bahan dan memberikan pendidikan seksualitas kepada beberapa lembaga pendidikan tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin dari kementerian,” kata Direktur Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Uganda, Yusuf Nsubuga seperti diberitakan Daily Monitor Uganda, hari Rabu (11/5).
Kementerian Pendidikan Uganda, menurut Nsubuga, juga telah mengirimkan surat peringatan kepada lebih kurang ribuan guru, kepala sekolah, petugas administrasi kepala dan petugas pendidikan di setiap kota.
“Bahan-bahan yang digunakan untuk mengajar menyalahi aturan, dan sedapat mungkin tidak boleh dibaca anak didik,” Nsubuga menambahkan.
Daily Monitor Uganda menambahkan meskipun kementerian mengakui bahwa pendidikan seksualitas adalah bagian dari program memberdayakan orang muda namun pendidikan tersebut harus sesuai usia, budaya dan agama dapat diterima.
Nsubuga mengemukakan kementerian masih menyelidiki investigasi ke sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat SchoolNet yang bekerja sama dengan kementerian pendidikan yang diduga kuat melakukan penipuan saat memberi pelatihan kepada guru dan siswa di berbagai sekolah di Uganda. Ssalah satu ajaran yang dianggap menyimpang yakni mengajarkan pasangan sesama jenis harus menunjukkan keakraban dengan pasangan homoseksualitas atau sesama jenis.
Di sisi lain, Direktur SchoolNet Daniel Kakinda membantah materi tersebut akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
Kakinda mengemukakan materi tersebut telah direvisi dan ditarik dari pendidikan di Uganda, karena disadari materi tersebut tidak relevan.
“Itu bukan dokumen yang kita gunakan sekarang. Itu tidak dirancang untuk siswa di sini, namun berdasar kepada World Population Foundation yang berbasis di Belanda,” kata Kakinda.
Kakinda mengaku tengah mencari solusi agar pendidikan seksualitas dapat diadopsi dengan budaya setempat.
Kurikulum tersebut – dalam catatan Daily Monitor Uganda – dikembangkan pada tahun 2003 oleh World Population Foundation yang bekerja sama dengan SchoolNet Uganda.
“Sebagai contoh, dalam materi pendidikan seksualitas tersebut homoseksualitas dan masturbasi digambarkan sebagai pemenuhan atribut seksual kehidupan modern,” Kakinda mengemukakan.
Beberapa waktu sebelumnya, Uskup Agung Gereja Uganda, Stanley Ntagali, telah meminta pemerintah untuk menyelidiki tuduhan bahwa World Population Foundation dan SchoolNet mengajak siswa-siswi sekolah dasar di Uganda menjadi homoseksual dengan modus finansial.
“Mereka (World Population Foundation dan SchoolNet, red) menyamarkan diri sebagai pendonor yang memberi beasiswa pendidikan seorang anak usia sekolah dengan dalih agar anak tersebut mengikuti gaya hidup kaum homoseksual,” kata Ntagali saat berbicara di Gereja Uganda di Nyabirerema, Negara Rukiga, Distrik Kabale, Uganda.
“Orangtua harus mengatakan tidak untuk sponsor kotor tersebut dan pemerintah harus cepat turun tangan untuk menyelamatkan anak-anak dari tindakan asusila tersebut,” Ntagali menambahkan.
Ntagali mengemukakan Gereja Uganda tidak menerima tindakan seperti itu di sekolah-sekolah karena World Population Foundation dan SchoolNet, bertujuan untuk mempromosikan dekadensi moral.
Dia mengatakan Tuhan selalu siap untuk memperbaiki umat Kristen yang lumpuh secara fisik dan moral. Ntagali memperingatkan para pemuda terhadap seks bebas, dan penggunaan kontrasepsi bagi generasi muda dapat menyebabkan generasi muda memiliki efek samping permanen. (monitor.co.ug).
Editor : Eben E. Siadari
Polri Siapkan Ambulans Udara Selama Operasi Lilin 2024 untuk...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM- Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melalui Korps Kepolisian Perairan da...