Uji Coba WHO: Remdesivir Tidak Membantu Pemulihan Pasien COVID-19
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Uji coba oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyimpulkan bahwa remdesivir dari Gilead Sciences Inc tidak secara signifikan membantu pasien COVID-19 sebagai kesimpulan yang dapat diandalkan, kata seorang ilmuwan yang mengevaluasi data mengatakan pada hari Jumat (16/10). Sementara perusahaan Aamerika Serikat mengkritik metodologinya.
"Ini hasil yang dapat diandalkan, jangan biarkan siapa pun memberi tahu Anda sebaliknya, karena mereka akan mencoba," kata Richard Peto, seorang ahli statistik independen yang disewa oleh WHO untuk meneliti hasil uji Solidaritasnya, mengatakan kepada wartawan. Ini adalah bukti dunia nyata.
Sebagai pukulan terhadap salah satu dari sedikit obat yang digunakan untuk mengobati orang dengan COVID-19, WHO mengatakan pada hari Kamis (15/10) bahwa remdesivir tampaknya memiliki sedikit atau tidak ada efek pada 28 hari rawat inap di rumah sakit di antara pasien dengan penyakit pernapasan.
Gilead, yang mendapatkan data Solidaritas 10 hari yang lalu, mempertanyakan temuan tersebut, mengatakan kepada Reuters bahwa temuan tersebut “tidak konsisten dengan bukti yang lebih kuat dari beberapa penelitian acak dan terkontrol yang diterbitkan dalam jurnal peer review yang memvalidasi manfaat klinis dari remdesivir.”
Uji coba WHO dilakukan terhadap 11.266 pasien dewasa di lebih dari 30 negara, dan juga menemukan bahwa obat lain yang digunakan kembali sejak pandemi dimulai, obat malaria hydroxychloroquine, kombinasi obat anti HIV, lopinavir / ritonavir dan interferon, juga menawarkan sedikit atau tidak ada manfaat untuk pasien COVID-19.
Hasil uji coba WHO belum ditinjau dan diunggah di server pracetak medRxiv.
Sementara itu, Gilead mengatakan uji coba remdesivir lainnya, termasuk dengan 1.062 pasien yang membandingkannya dengan plasebo, menunjukkan pengobatan memotong waktu pemulihan pasien COVID-19, kata Peto, seorang profesor emeritus di Universitas Oxford, mengatakan bahwa manfaat uji coba yang lebih kecil itu bisa jadi hanya “kebetulan.”
WHO menahan diri untuk tidak membuat rekomendasi tentang bagaimana negara-negara harus menggunakan remdesivir, dengan mengatakan bahwa panduan akan datang dalam dua atau tiga pekan setelah peninjauan data Solidaritas.
Uni Eropa baru saja menyetujui kesepakatan satu miliar euro (setara Rp 17 triliun) untuk remdesivir. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...