Ukraina Dakwa Enam Orang Terkait Penggelapan Dana Pertahanan
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Karyawan sebuah perusahaan senjata Ukraina berkonspirasi dengan pejabat kementerian pertahanan untuk menggelapkan hampir US$ 40 juta yang dialokasikan untuk membeli 100.000 mortir untuk perang dengan Rusia, menurut laporan dinas keamanan Ukraina, SBU.
SBU mengatakan pada hari Sabtu (27/1) malam bahwa lima orang telah didakwa, dengan satu orang ditahan ketika mencoba melintasi perbatasan Ukraina. Jika terbukti bersalah, mereka terancam hukuman 12 tahun penjara.
Investigasi ini dilakukan ketika Kiev berupaya memberantas korupsi dalam upaya mempercepat keanggotaannya di Uni Eropa dan NATO. Para pejabat dari kedua blok menuntut reformasi anti korupsi secara luas sebelum Kiev dapat bergabung dengan mereka.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, terpilih berdasarkan platform anti korupsi pada tahun 2019, jauh sebelum invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada bulan Februari 2022. Baik presiden maupun para pembantunya telah menggambarkan pemecatan pejabat tinggi baru-baru ini, terutama pemecatan Ivan Bakanov, mantan kepala Badan Keamanan Negara, pada Juli 2022, sebagai bukti upaya mereka dalam memberantas korupsi.
Pejabat keamanan mengatakan bahwa penyelidikan saat ini dimulai pada Agustus 2022, ketika para pejabat menandatangani kontrak pembelian peluru artileri senilai 1,5 miliar hryvnia (US$ 39,6 juta) dengan perusahaan senjata Lviv Arsenal.
Setelah menerima pembayaran, karyawan perusahaan seharusnya mentransfer dana tersebut ke bisnis yang terdaftar di luar negeri, yang kemudian akan mengirimkan amunisi ke Ukraina.
Namun, barang tersebut tidak pernah terkirim dan uangnya malah dikirim ke berbagai rekening di Ukraina dan Balkan, kata penyelidik. Jaksa Agung Ukraina mengatakan dana tersebut telah disita dan akan dikembalikan ke anggaran pertahanan negara. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...