Ukraina pada Akhirnya Akan Adakan Pembicaraan dengan Rusia untuk Akhiri Perang
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Ukraina pada suatu saat harus mengadakan pembicaraan dengan Rusia untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun, kata seorang pejabat senior intelijen Ukraina dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Kamis (2/5).
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, telah berulang kali mengesampingkan pembicaraan dengan Kremlin, dan keputusan yang dikeluarkannya setelah Rusia secara resmi mencaplok empat wilayah Ukraina pada tahun 2022 menganggap negosiasi “tidak mungkin”.
Namun Mayor Jenderal Vadym Skibitsky, wakil kepala direktorat intelijen militer HUR Ukraina, mengatakan kepada majalah Economist bahwa pembicaraan pada akhirnya akan diperlukan, seperti halnya perang apa pun.
“Jenderal Skibitsky mengatakan dia tidak melihat cara bagi Ukraina untuk memenangkan perang di medan perang sendirian. Bahkan jika mereka mampu mendorong pasukan Rusia kembali ke perbatasan – sebuah prospek yang semakin jauh – hal ini tidak akan mengakhiri perang,” tulis majalah tersebut.
“Perang seperti itu hanya bisa diakhiri dengan perjanjian, katanya. Saat ini, kedua belah pihak sedang berebut ‘posisi yang paling menguntungkan’ menjelang kemungkinan pembicaraan. Namun negosiasi yang berarti hanya dapat dimulai paling cepat pada paruh kedua tahun 2025, menurut perkiraannya.”
Zelenskyy dan pejabat lainnya mengatakan Rusia tidak diundang ke “pertemuan puncak perdamaian” yang direncanakan di Swiss pada bulan Juni karena tidak ada jaminan bahwa Moskow akan melakukan tawar-menawar dengan itikad baik.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, tampaknya menggemakan pemikiran Skibitsky dalam wawancara terpisah pekan ini dengan majalah Foreign Policy, dengan mengatakan bahwa tujuan KTT bulan Juni adalah “untuk menyatukan negara-negara yang memiliki prinsip dan pendekatan yang sama sehingga mereka akan mengambil tindakan lebih lanjut.
“Setelah itu, komunikasi dengan Rusia dapat dilakukan dan Rusia dapat menjadi bagian dari pembicaraan tersebut. Karena Anda benar: Pada akhirnya, Anda tidak dapat mengakhiri perang tanpa kedua belah pihak.”
Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan pejabat senior lainnya mengatakan Ukraina menghalangi segala upaya penyelesaian konflik.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada hari Kamis (2/5) mengatakan pertemuan bulan Juni itu tidak bisa menjadi “konferensi serius dengan harapan serius akan hasil” tanpa kehadiran Rusia.
Zelenskyy dalam pidato video malamnya pada hari Kamis, menggambarkan pertemuan bulan Juni itu sebagai “praktis kesempatan nyata pertama untuk mulai memulihkan perdamaian yang adil”.
“Semua posisi kita, di medan perang, di bidang diplomasi, dan di bidang informasi, harus sama kuatnya sekarang,” katanya. “Kekuatan kita, kemampuan kita, senjata kita, persatuan dengan mitra – semua ini harus bekerja sama. Dan itu akan berhasil.” (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...