Ukraina Tuduh Rusia Lakukan "Agresi"
SLAVYANSK, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Kiev Sabtu (12/4) menuduh Moskow telah melakukan "agresi" setelah sekelompok orang bersenjata berhasil menduduki dua gedung keamanan di wilayah timur Ukraina di tengah situasi meluasnya demonstrasi yang menuntut wilayah berbahasa Rusia untuk bergabung dengan Kremlin.
Menteri Luar Negeri Ukraina mengatakan peristiwa tersebut terjadi karena "aksi provokasi dari pihak intelejen Rusia. Sementara tokoh nasionalis dari partai Right Sector--yang disebut sebagai organisasi neo-Nazi oleh Moskow--mendesak anggota partainya "berkumpul dan menyiapkan diri untuk tindakan yang menentukan."
Di sisi lain, presiden sementara Oleksandr Turchynov di saat bersamaan mengadakan rapat darurat setelah muncul laporan adanya "pertempuran bersenjata" antara pasukan keamanan lokal dengan kelompok militan yang menyerang kantor politi di kota Kramatorsk.
"Pemerintah Ukraina menilai peristiwa hari ini sebagai pertunjukan agresi dari Federasi Rusia," kata Menteri Dalam Negeri Arsen Avakov di laman Facebook resminya.
Rusia sendiri saat ini sudah menempatkan puluhan ribu tentaranya dia perbatasan timur Ukraina setelah menganeksasi Krimea di semenanjung Laut Hitam dan menaikkan hampir dua kali lipat harga gas untuk Kiev.
Moskow di sisi lain juga akan meminta pembayaran awal dari Ukraina untuk pembelian gas dengan ancaman akan menghentikan suplainya. Jika pasokan gas dari Rusia berhenti, 18 negara Uni Eropa akan terkena dampaknya.
Pada peristiwa pendudukan dua kantor polisi pada Sabtu, menteri dalam negeri mengatakan bahwa serangan pertama dilakukan oleh 20 orang bersenjata. Mereka bertujuan merebut 20 senjata otomatis dan 400 senjata Makarov yang disimpan di kantor polisi tersebut "untuk kemudian dibagikan kepada para demonstran."
Wartawan AFP di lokasi menyaksikan kantor polisi Slavyansk dijaga oleh orang-orang bersenjata yang menggunakan cadar.
Menteri dalam negeri menyatakan sejumlah orang bersenjata tersebut kemudian terlibat dalam pendudukan gedung keamanan berbeda pada insiden kedua.
"Para demonstran tersebut terus berusaha mempersenjatai diri dengan senjata yang direbut dari pihak kepolisian," kata menteri luar negeri dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu wali kota Slavyansk Neli Shlepa kepada stasiun televisi Life News di depan kantor polisi yang direbut mengatakan bahwa "seluruh penduduk kota..akan membela orang-orang yang merebut gedung ini."
Wartawan AFP juga menyaksikan sekitar 200 orang pro Rusia menyerang kantor polisi Donetsk tanpa ada perlawanan dari petugas keamanan.
Puluhan petugas kepolisian anti huru hara di lokasi tersebut justru terlihat mengenakan pita jingga dan hitam yang secara sembolis merupakan bentuk dukungan terhadap kekuasaan Rusia.
Gedung pemerintahan kota Donetsk sendiri sudah diduduki oleh sekelompok orang bersenjata yang menyatakan pembentukan "republik milik rakyat" dan mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengirim tentara Moskow ke wilayah timur Ukraina. (AFP)
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...