Ulama Muslim Hadiri Perayaan Hari Raya Yahudi di Jakarta
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Media Israel, Channel 10, melaporkan bahwa perayaan hari raya Paskah Yahudi di Jakarta akhir pekan lalu, turut dihadiri ulama Muslim selain oleh berbagai ulama agama lainnya. Perayaan itu juga dihadiri oleh Wakil Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang tengah berkunjung ke Jakarta.
Kepada Channel 10, Suhai Suat, ulama Muslim tersebut, mengatakan bahwa semua agama di dunia bercita-cita untuk hidup damai. Oleh karena itu, "kita tidak harus menjadi ancaman bagi sesama kita," kata dia.
Wamenlu AS, Antony Blinken, memberi apresiasi atas perayaan yang dituan-rumahi oleh sekitar 50 umat Yahudi di Indonesia, yang berlangsung pada 22 April lalu.
"Pria dan wanita dari berbagai agama berkumpul untuk merayakan tradisi Yahudi kuno di sini di negara mayoritas Muslim. Ini adalah hal yang sangat kuat, " kata Blinken, seorang Yahudi yang jadi tamu kehormatan.
Salah seorang Yahudi Indonesia yang hadir, Johannes Sengi, mengatakan komunitas Yahudi di Indonesia "ingin hidup setara. Ini adalah identitas kami; kami perlu beragama karena itu adalah hak asasi manusia. "
Berlangsungnya perayaan ini dengan aman, merupakan sebuah kemajuan signifikan bagi komunitas Yahudi setelah tiga tahun lalu kelompok radikal di Indonesia menekan pihak berwewenang, yang akhirnya menutup satu-satunya sinagog di Jakarta.
Menurut Times of Israel, anggota komunitas Yahudi di Indonesia masih tergolong kecil, hanya sekitar 200 orang. Mereka berusaha melakukan perayaan dengan low profile, menyusul penutupan sinagog Ohel Yaakov tiga tahun lalu dan serangkaian serangan anti-Semit.
Yahudi Indonesia sebagian besar merupakan keturunan Yahudi Irak dan Belanda yang berimigrasi pada tahun 1920-an, menurut laporan sebuah laporan media Ibrani.
Karena Yudaisme tidak diakui sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, kolom agama di kartu identitas sebagian orang Yahudi diisi dengan predikat Kristen.
Seorang wanita Yahudi Indonesia, yang tidak disebutkan namanya dalam laporan Channel 10, mengatakan kebencian yang dirasakan masyarakat Indonesia terhadap Israel dan Yahudi berasal dari ketidaktahuan.
"Ketika mereka mengatakan 'Saya benci orang-orang Yahudi, saya benci Israel,' Anda tidak bisa benar-benar menghakimi mereka, karena mereka belum benar-benar bertemu dengan orang Yahudi sama sekali," kata dia.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...