Loading...
FOTO
Penulis: Reporter Satuharapan 21:51 WIB | Senin, 27 Maret 2017

Umat Hindu Biak Lakukan Tawur Agung Kesanga

Umat Hindu Biak Lakukan Tawur Agung Kesanga
Sejumlah orang mengarak Ogoh-ogoh saat lomba kreasi ogoh-ogoh di Pare, Kediri, Jawa Timur, Senin (27/3). Kegiatan jelang perayaan Hari Nyepi tersebut diikuti 15 Ogoh-ogoh guna mendorong kreativitas dan mempererat persaudaraan sesama umat Hindu. (Foto-foto: Antara)
Umat Hindu Biak Lakukan Tawur Agung Kesanga
Umat Hindu menggelar doa bersama pada acara Tawur Agung Kesana di Pura Amerta Jati Cinere, Depok, Senin (27/3). Upacara yang diikuti ribuan umat Hindu ini dilaksanakan sehari menjelang perayaan hari raya Nyepi Tahun Baru Caka 1939.
Umat Hindu Biak Lakukan Tawur Agung Kesanga
Sejumlah umat Hindu mengarak Ogoh-ogoh saat parade jelang Hari Raya Nyepi di Mataram, NTB, Senin (27/3). Parade ogoh-ogoh yang bertujuan untuk mengusir energi negatif di alam semesta tersebut digelar dalam rangka menyambut hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 dan diikuti oleh 180 ogoh-ogoh dari berbagai banjar di kota Mataram.
Umat Hindu Biak Lakukan Tawur Agung Kesanga
Umat Hindu membawa ogoh-ogoh setelah selesai melakukan pradaksina atau berjalan mengitari candi Prambanan di Sleman, DI Yogyakarta, Senin (27/3). Prosesi Tawur Agung yang diikuti ribuan Umat Hindu dari DI Yogyakarta dan Jawa Tengah tersebut merupakan rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1939.

BIAK, SATUHARAPAN.COM - Umat Hindu di Kabupaten Biak Numfor, Papua melakukan acara melasti dan tawur agung kesanga menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 yang diperingati Selasa 28 Maret 2017.

Ketua pengurus Pura Jagat Natha Wira Bhakti I Made Sayana di Biak, Senin mengatakan persiapan menyambut Hari Raya Nyepi telah dilakukan umat Hindu Biak dengan berbagai rangkaian keagamaan.

Kegiatan umat Hindu Biak menyambut Hari Raya Nyepi tahun baru Saka pada Senin (27/3) dimulai sejak pukul 08.00 hingga 10.00 Waktu Indonesia Timur berupa persiapan acara melasti, dan dilanjutkan makan siang bersama.

Seelah itu digelar tawur agung kesanga, sembahyang bersama, mebuu-buu, nyineb, ngantukang Ida Batara Pasraman dan bersih-bersih.

"Selama kegiatan menyambut Hari Raya Nyepi dipusatkan di Pura Jagat Natha dan Pura Pasraman," ungkap Made Sayana seperti dalam surat edaran kepada umat Hindu Biak sekitarnya.

Kegiatan Tawur Agung Kesanga mengandung makna bagi umat Hindu untuk menjaga hubungan terhadap sesama manusia, sesama makhluk hidup dan alam.

Dia mengajak umat Hindu Biak dapat melakukan kegiatan menyambut Hari Raya Nyepi dengan kesederhanaan serta menghayati makna Nyepi untuk meningkatkan nilai keimanan umat Hindu.

Hingga Senin pukul 17.00 WIT umat Hindu di Biak telah kembali ke rumah untuk mempersiapkan acara keagamaan di kediaman masing-masing untuk melakukan catur brata penyepian selama satu hari satu malam. 

Disarankan apabila umat lain hendak mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi hendaknya diucapkan setelah umat selesai melakukan catur brata penyepian, tambah dia.

Sementara di kota Ambon, Senin (27/3), ratusan umat Hindu mengikuti upacara "Tawur Agung Kesanga" sebagai rangkaian perayaan Tapa Brata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1939.

Ritual Tawur Kesanga dipusatkan di Pura Ciwa Stana Giri, Taman Makmur, Kecamatan Nusaniwe yakni pembersihan Buana Agung atau alam semesta serta pembersihan lingkungan serta buana alit pembersihan diri sendiri.

Pembimbing Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Wilayah Maluku, Sukardi Riyanto, mengatakan, umat Hindu di Ambon menutup tahun dengan upacara kurban yang disebut "Tawur Agung Kesanga", dan mengawali tahun yang baru dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian. 

Umat menyucikan diri dan lingkungan di sekitarnya agar lebih siap memasuki tahun yang baru dan dapat meng­isinya dengan kebaikan.

Ritual ini merupakan bagian dari persembahan kepada para bhuta kala berupa caru agar para Bhuta tidak menurunkan sifat yang jahat pada pelaksanaan hari raya Nyepi, di samping menghilangkan unsur-unsur jahat dari manusia sehingga tidak mengikuti manusia di tahun mendatang.

Tawur Agung Kesanga merupakan ritual kedua setelah sebelumnya pada Minggu (26/3) umat telah melakukan ritual Melasti dilakukan untuk penyucian atau pembersihan segala sarana/prasarana persembahyangan di pantai Halong.

Sarana persembahyangan yang disucikan antara lain pratima dan pralingga, di mana sarana ini dibersihkan di laut dengan tujuan memohon Tirtha Amerta sebagai air pembersih dari Hyang Widhi.

Sukardi mengatakan, umat Hindu di Ambon merayakan Nyepi dengan melakukan Catur Bratha Penyepian yakni empat pantangan yang meliputi Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak melakukan kegiatan), Amati Lelungan (tidak bepergian) dan Amati Lelanguan (tidak mengumbar hawa nafsu, tidak mengadakan hiburan atau bersenang-senang)

"Semua pantangan ini dilakukan untuk mengekang hawa nafsu dan segala keinginan jahat sehingga dicapai suatu ketenangan atau kedamaian batin. Dengan Catur Bratha penyepian umat bisa menginstrospeksi diri atas segala perbuatannya yang baik di tahun berikutnya," katanya.

Catur Brata penyepian, tidak hanya dilakukan pura tetapi dirumah umat, dengan menyesuaikan diri yang disebut hindu dese kale patra atau desa itu adalah tempat, kale waktu dan patra adalah keadaan.

"Kita harus menyesuaikan dengan tempat, keadaan dan waktu setempat, sehingga tidak harus mematikan lampu tetapi umat bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, sambil tetap melakukan upacara penyepian yakni empat pantangan amati geni, amati karya, amati lelungan dan amatu lelanguan," ujarnya.

Setelah perayaan Nyepi umat juga akan melakukan ritual Ngembak Geni yakni persembahyangan dan pemanjatan doa kepada Hyang Widhi untuk kebaikan pada tahun yang baru, di mana biasanya umat saling bersalaman dan memaafkan.

"Kami berharap berbagai ritual yang dilakukan dapat berdampak mewujudkan harmonisasi dan kebersamaan baik antarsesama umat Hindu maupun dengan ummat beragama lainnya sehingga tercipta kedamaian di Maluku dan Ambon pada khususnya," tandas Sukardi. (Ant)

 


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home