Umat Hindu Menggelar Utsawa Dharmagita di Surakarta, Jawa Tengah
Menag membuka acara dan berharap acara itu memperkuat pemahaman keagamaan dan karakter umat Hindu Indonesia.
SURAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, membuka Utsawa Dharmagita Tingkat Nasional XV di Kota Surakarta. Menag berharap ajang ini menjadi wahana memperkuat pemahaman keagamaan dan karakter generasi muda Hindu Indonesia.
Utsawa Dharmagita Tingkat Nasional XV berlangsung lima hari, 8-12 Juli 2024, dan diikuti ribuan umat Hindu perwakilan dari seluruh Provinsi di Indonesia. Pembukaan gelaran tiga tahunan ini dihadiri beberapa Menteri Kabinet Indonesia Maju, para pejabat Pusat, Daerah, Staff Khusus Menteri Agama, Kakanwil Kemenag se-Indonesia, para Rektor PTKN, pembimas Hindu, dan undangan lainnya.
Utsawa Dharmagita Tingkat Nasional XV mengusung tema ‘Dari Paramasastra Menuju Paramatattwa’. Menurut Menag, tema ini mengandung makna yang sangat mendalam dan relevan dengan upaya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
“Melalui pemahaman dan penghayatan terhadap nilai esensi sastra suci Hindu diharapkan mampu mencapai kebijaksanaan yang sejati, atau paramatattwa, yang menjadi landasan kokoh dan unggul menuju generasi emas 2045,” kata Menag Yaqut saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara Utsawa Dharmagita Tingkat Nasional XV, di Pura Mangkunegaran Solo, Selasa (9/7/2024).
“Indonesia Emas 2045 adalah visi besar untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan makmur pada usia satu abad kemerdekaan. Salah satu pilar utama untuk mewujudkan visi tersebut adalah pengembangan sumber daya manusia yang unggul, yang tidak hanya cerdas dan terampil, tetapi juga memiliki akhlak mulia, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” kata Menteri.
Menteri menyampaikan bahwa sastra suci dan ajaran keagamaan Hindu tentu memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan moralitas generasi penerus bangsa, yaitu dengan wiraga (olah tubuh), wirawa (olah irama/instrumental), wirasa (olah perasaan), wibawa (olah pikiran). Keempat nilai tersebut tentu akan menuju sumber daya manusia (SDM) yang unggul dari aspek fisik, perasaan, estetika dan kecerdasan.
“Utsawa Dharmagita, sebagai ajang seni sastra dan musik keagamaan, memberikan kontribusi yang signifikan dalam membentuk kepribadian yang kuat dan berkarakter. Melalui kegiatan ini, kita menanamkan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang akan menjadi fondasi bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan global. Mereka akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya kompeten secara intelektual, tetapi juga kaya akan spiritualitas dan moralitas,” kata Menteri.
Dirjen Bimas Hindu, I Nengah Duija melaporkan bahwa Utsawa Dharmagita Tingkat Nasional XV tahun 2024 diselenggarakan di Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah tentu bukan tanpa alasan. Menjadikan Kota Surakarta sebagai tempat penyelenggaraan Utsawa Dharmagita adalah karena diwilayah ini pernah berdiri salah satu kerajaan sebagai awal mula peradaban Hindu di Jawa.
“Dharmagita adalah bagian terpenting dari sistem pemujaan yang tertulis di dalam Kitab Suci Bhagawata Purana VII.5.23 disebutkan praktik keagamaan dalam bentuk pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi. Pemujaan ini ada sembilan cara yang disebut Nawawida Bhakti. Salah satu dari sembilan cara tersebut ada Kirtanam, yakni melantunkan tembang-tembang suci, yang kemudian diimplementasikan menjadi metode penyuluhan agama Hindu yang disebut Sad Dharma, yakni Dharmatula (diskusi/sarasehan), Dharmawacana (memberikan wejangan/kotbah), Dharmagita (menyanyikan tembang suci), Dharmayatra (berziarah ke tempat suci), Dharmasadhana (bersedekah/dana punia), dan Dharmasanti (simakrama),” kata I Nengah Duija.
I Nengah Duija menjelaskan bahwa ajaran Kirtanam diaktualisasikan melalui Dharmagita sebagai sebuah seni melantunkan tembang-tembang suci keagamaan Hindu yang diambil dari kitab Suci Weda dan Susastra Suci Hindu lainnya.
Dharmagita adalah sebuah upaya menanamkan nilai-nilai substantif agama Hindu melalui kesenian (theo-estetika), di mana seni sekaligus sebagai sarana pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi (angdon langö makasadhananing kalÄpasan) sesuai tema Utsawa Dharmagita 2024, yakni dari Paramaçastra menuju paramatattwa.
“Inti itu adalah bahwa kidung suci, lomba-lomba kesenian yang terkait dengan pemujaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa adalah sebagai bagian dari bagaimana kita menuju sebuah kebenaran yang abadi atau kebenaran substantif,” kata I Nengah Duija.
Utsawa Dharmagita, lanjut I Nengah Duija, sesuai dengan maskot ‘Maruti’, bermakna bahwa manusia akan menuju empat karakter dasar utama. Pertama adalah Sidhi, di mana kita ingin generasi muda memiliki kecerdasan baik kecerdasan intelektual maupun kecerdasan spiritual. Kedua adalah Sidha, di mana setiap generasi muda, kita ingin memiliki jiwa yang terampil. Ketiga, Sudha ini adalah karakter kejujuran. Kita ingin generasi muda, memiliki kejujuran dalam setiap aktivitas yang berdasarkan pada Dharma. Terakhir, Sadhu yang berarti bijaksana. Menjadi Manusia yang Sidhi, Sidha, Sudha dan Sadhu akhirnya akan bermuara bagaimana karakter-karakter moderat akan lahir dari sifat dasar utama tersebut.
“Itulah yang tertuang atau tertulis di dalam sosok Maruti yang telah terbukti, tertulis di dalam Kitab Ramayana,” kata I Nengah Duija.
Editor : Sabar Subekti
Jakbar Tanam Ribuan Tanaman Hias di Srengseng
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Jakarta Barat menanam sebanyak 4.700...