Umat Kristen di Suriah Rayakan Transformasi Negara Itu dengan Air Mata
Utusan PBB mendesak diakhirinya sanksi oleh Barat terhadap Suriah.
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Di gereja-gereja di seluruh Suriah yang telah lama terkekang, umat Kristen merayakan kebaktian Minggu pertama sejak runtuhnya pemerintahan Bashar al Assad dengan suasana transformasi. Sebagian menangis. Yang lain menggenggam tangan mereka dalam doa.
“Mereka berjanji kepada kami bahwa pemerintahan akan segera dibentuk dan, jika Tuhan berkehendak, keadaan akan menjadi lebih baik karena kami menyingkirkan tiran,” kata seorang jamaah, Jihad Raffoul, saat populasi Kristen yang kecil itu berharap pesan-pesan baru tentang inklusivitas akan menjadi kenyataan.
“Hari ini, doa kami adalah untuk halaman baru di masa depan Suriah,” kata yang lain, Suzan Barakat.
Untuk membantu upaya tersebut, utusan PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, menyerukan diakhirinya sanksi Barat dengan cepat saat aliansi pemberontak yang menggulingkan Assad dan mengirimnya ke pengasingan di Rusia sepekan yang lalu mempertimbangkan jalan ke depan.
Suriah telah berada di bawah sanksi yang sangat mengisolasi oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara lain selama bertahun-tahun sebagai akibat dari tanggapan brutal Assad terhadap apa yang dimulai sebagai protes anti pemerintah yang damai pada tahun 2011 dan berubah menjadi perang saudara.
Sekolah Kembali Dibuka
Sebagai tanda lain dari kerinduan akan keadaan normal, sekolah-sekolah di Damaskus dibuka kembali untuk pertama kalinya sejak Assad digulingkan. Di sekolah Nahla Zaidan di lingkungan Mezzah, para guru mengibarkan bendera revolusi berbintang tiga.
"Jika Tuhan berkehendak, akan ada lebih banyak pembangunan, lebih banyak keamanan, dan lebih banyak pembangunan di negara tercinta ini," kata direktur sekolah. Maysoun Al-Ali.
Namun, tantangan lain mempersulit pembangunan kembali. Kepemimpinan baru belum menetapkan visi yang jelas tentang bagaimana negara akan diperintah, dan kelompok utama di balik serangan itu tetap ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, yang meskipun demikian telah mulai melakukan kontak langsung.
Para pejabat di Washington telah mengindikasikan bahwa pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan untuk mencabut sebutan teroris dari kelompok Hayat Tahrir al-Sham, atau HTS, yang dulunya merupakan afiliasi al-Qaeda.
Pemerintah sementara akan memerintah hingga Maret. Para menteri luar negeri Arab telah menyerukan pemilihan umum yang diawasi PBB berdasarkan konstitusi baru.
"Kita perlu memulai proses politik yang melibatkan semua warga Suriah," kata Pedersen. Ia juga menyerukan keadilan dan akuntabilitas atas kejahatan yang dilakukan selama perang, karena beberapa keluarga terus mencari puluhan ribu orang yang ditempatkan pemerintah Assad di penjara dan fasilitas penahanan.
Pertemuan darurat akhir pekan ini dengan para menteri luar negeri dari AS, Liga Arab, dan Turki serta pejabat tinggi dari Uni Eropa dan PBB sepakat bahwa pemerintah baru di Suriah harus mencegah kelompok-kelompok teror — seperti sisa-sisa kelompok ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah)— menguasai dan mengamankan serta menghancurkan senjata kimia era Assad yang tersisa.
Pertemuan tersebut juga mendesak semua pihak untuk menghentikan permusuhan di Suriah.
Israel: Tidak Berminat Konflik dengan Suriah
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan dalam sebuah pernyataan video yang dirilis hari Minggu (15/12) bahwa "kami tidak berminat berkonflik dengan Suriah" dan kebijakan Israel akan mengikuti "realitas yang muncul di lapangan."
Ia menggambarkan tindakan militer Israel dalam sepekan terakhir, termasuk ratusan serangan udara, yang ditujukan untuk menggagalkan potensi ancaman. Israel juga telah mengirim pasukan darat, menyebut serangan itu sementara tetapi mengisyaratkan kehadirannya tidak terbatas.
Sementara itu, pemimpin HTS, Ahmad al-Sharaa, mengatakan mereka tidak bermaksud untuk terlibat dalam konflik apa pun "karena ada kelelahan umum di Suriah."
Pemerintah Israel juga menyetujui rencana Netanyahu untuk mendorong pertumbuhan populasi di Dataran Tinggi Golan, yang dengan cepat disebut Qatar sebagai "episode baru dalam serangkaian agresi Israel di wilayah Suriah dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional."
Israel merebut Dataran Tinggi Golan dalam perang Timur Tengah 1967 dan mencaploknya, meskipun masyarakat internasional kecuali AS menganggapnya sebagai wilayah yang diduduki. Statistik Israel menunjukkan wilayah terpencil itu dihuni sekitar 50.000 orang, sekitar setengahnya adalah orang Yahudi Israel dan setengahnya lagi adalah orang Arab Druze, banyak di antara mereka masih menganggap diri mereka sebagai warga Suriah.
Lebih Menghormati Kelompok Minoritas
Para pemimpin baru Suriah juga didesak untuk menghormati hak-hak kaum minoritas dan perempuan.
Banyak orang Kristen Suriah, yang merupakan 10% dari populasi sebelum perang saudara Suriah, melarikan diri dari negara itu atau mendukung Assad karena takut pada pemberontak Islam. Kebaktian gereja hari Minggu lalu dibatalkan.
“Kami takut dengan kejadian yang pernah terjadi,” kata Ibrahim Shahin, seorang pengawas gereja Katolik. Namun hari Minggu ini, pintu-pintu dibuka kembali dan bel berbunyi.
“Sekarang kami melihat bahwa sebaliknya, mereka menunjukkan lebih banyak rasa hormat kepada kaum minoritas, dan mereka memperhatikan kami,” kata Agop Bardakijian, seorang warga Kristen Aleppo di sebuah kafe yang ramai. Anak-anak berpose untuk difoto di depan pohon Natal.
Warga sudah diperingatkan akan pembantaian saat pemberontak mendekat, namun hal seperti itu tidak pernah terjadi, kata warga Aleppo lainnya yang memberikan namanyas Raed, menambahkan, “Revolusi seharusnya sudah terjadi sejak lama.”
Ada beberapa tanda-tanda kekacauan. Pasukan pemberontak dikerahkan ke sebuah desa di tenggara Damaskus untuk menghentikan penjarah yang menyerbu kompleks perumahan yang menampung mantan personel militer dan membakar apartemen. Para pemberontak menembaki kerumunan untuk mengusir mereka dan menahan sekitar selusin orang. Penjarahan di ibu kota telah dibatasi. (AP)
Editor : Sabar Subekti
Kepala Militer HTS Suriah Akan Membubarkan Sayap Bersenjata
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Kepala militer "Hayat Tahrir al-Sham" (HTS) Suriah yang menang m...