Umat Kristen Israel Unjuk Rasa Menentang Diskriminasi Pemerintah
NASARET, SATUHARAPAN.COM -Umat Kristen Israel turun ke jalan di Nasaret, Israe,, pada hari Selasa (1/9) memprotes diskriminasi negara dalam pendanaan sekolah Kristen. Ratusan orang yang berdemonstrasi itu juga mendeklarasikan pemogokan terbuka, sebagaimana dilaporkan oleh wartawan AFP.
"Kami tidak menuntut hak istimewa tapi keadilan; bahwa sekolah kami menerima apa yang diperoleh oleh sekolah lainnya di Israel," Vikaris Patriarkal Katolik Roma untuk Israel, Uskup Giacinto-Boulos Marcuzzo, berkata di hadapan massa di kaki Basilika di utara kota.
Sekolah Kristen di Israel tetap tutup pada hari Selasa, menunda dimulainya tahun ajaran baru, dalam sengketa pendanaan dengan pihak berwenang di negara Yahudi itu.
Secara tradisional, sekolah menerima 65 persen anggaran mereka dari negara, sementara orang tua murid membayar sisanya, seperti halnya lembaga-lembaga yang diakui oleh negara tetapi tidak dianggap sebagai sekolah umum resmi.
Tapi angka itu dipotong menjadi 34 persen dua tahun lalu, membuat peningkatan tajam jumlah yang harus dibayarkan orang tua.
Pembiayaan negara saat ini hanya mencakup 29 persen dari total biaya, kata Marcuzzo, yang mencatat bahwa sekolah saat ini kekurangan dana sekitar 200 juta shekel ($ 50,9 juta).
Pemogokan mempengaruhi sekitar 33.000 murid, sebagian besar orang Arab Israel Muslim, di 47 sekolah yang dikelola terutama oleh gereja Katolik, dan hanya akan berakhir ketika solusi tercapai, kata Marcuzzo, yang merupakan uskup dari Nazaret.
"Jika sekolah Kristen terancam, dalam jangka panjang, itu berarti kehadiran Kristen di Israel juga terancam," katanya kepada AFP.
Marcuzzo mengatakan mereka mengandalkan dukungan umat Kristen dari semua denominasi dan berharap Paus Fransiskus akan membahas masalah ini dalam pertemuan dengan Presiden Israel Reuven Rivlin di Vatikan pada hari Kamis nanti.
"Tahta Suci tentu akan membahas masalah tersebut," katanya.
Unjuk rasa yang mengambil lokasi di tempat yang oleh umat Kristen diyakini sebagai tempat Perawan Maria diberitahu oleh malaikat Gabriel bahwa dia akan melahirkan Yesus. Pengunjuk rasa memegang spanduk menuduh pemerintah berusaha untuk mengakhiri sekolah Kristen dan menuntut dana negara penuh.
Sekolah Kristen dan pemerintah Israel telah melakukan pembicaraan yang sulit selama lebih dari satu setengah tahun untuk mereka dan 3.000 karyawan mereka, tetapi tanpa hasil.
"Kami sudah mencoba segalanya dan tidak memiliki pilihan yang tersisa kecuali mogok," kata Botrus Mansour, juru bicara sekolah.
Kementerian pendidikan mengatakan "tidak ada pemotongan dalam (pendanaan) dari tahun lalu, dan tidak akan ada pemotongan dari tahun mendatang," seraya menekankan bahwa dialog dengan sekolah-sekolah akan dilanjutkan. (i24news.tv)
Editor : Eben E. Siadari
Albania akan Blokir TikTok Setahun
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pemerintah Albania menyatakan akan memblokir media sosial TikTok selama s...