Loading...
RELIGI
Penulis: Sabar Subekti 05:48 WIB | Senin, 25 Desember 2023

Umat Kristen Lebanon Rayakan Natal di Bawah Bayang-Bayang Perang Hizbullah-Israel

Anggota Pasukan Penjaga Perdamaian PBB dari Prancis di sebuah sekolah di Desa Ain Ebel, Desa Kristen di perbatasan Lebanon dengan Israel, membagikan hadiah Natal pada hari Sabtu (23/12). (Foto: AP/Mohammed Zaatari)

AIN EBEL-LEBANON, SATUHARAPAN.COM-Umat ​​Kristen di desa-desa perbatasan Lebanon selatan bersiap menyambut Natal dengan tenang di bawah bayang-bayang perang yang sedang berlangsung di Gaza dan dampaknya di Lebanon.

Sementara di Beirut restoran-restoran penuh sesak dan ratusan orang berbondong-bondong ke pasar Natal pada hari-hari menjelang liburan, di kota-kota perbatasan rumah-rumah kosong dan bisnis-bisnis tutup. Para warga mengungsi untuk tinggal bersama kerabat atau di apartemen sewaan di Beirut atau daerah lain yang jauh dari konflik.

Sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober, kelompok militan Lebanon Hizbullah dan pasukan Israel terlibat dalam bentrokan hampir setiap hari di perbatasan yang telah menewaskan sekitar 150 orang di pihak Lebanon , sebagian besar dari mereka adalah pejuang Hizbullah dan  kelompok sekutu, tetapi juga setidaknya 17 warga sipil juga tewas, menurut penghitungan The Associated Press.

Sekitar 72.437 orang di Lebanon menjadi pengungsi, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi.

Di desa Ain Ebel yang mayoritas penduduknya beragama Kristen, pasukan penjaga perdamaian PBB membagikan mainan di sebuah sekolah swasta pada hari Sabtu (23/12) kepada sekitar 250 anak yang keluarganya tetap tinggal di sana dan di desa-desa terdekat, Rmeish dan Debel.

Sekolah Saint-Joseph des Saints-Cœurs, seperti kebanyakan sekolah di wilayah tersebut, telah ditutup di tengah pertempuran, yang telah menewaskan tiga siswanya.

Tiga saudara perempuan, Rimas Shor, 14 tahun; Talin Shor, 12 tahun; dan Layan Shor, 10 tahun, tewas bersama nenek mereka, Samira Abdul-Hussein Ayoub, akibat serangan Israel yang menghantam mobil yang mereka tumpangi pada 5 November.

“Kami telah hidup dalam perang dalam segala hal,” kata Suster Maya Beaino, kepala sekolah tersebut. “Tiga perempat penduduk desa telah mengungsi. Masyarakat yang tinggal dalam keadaan sedih dan tidak ada yang memasang dekorasi atau bahkan pohon di rumahnya.”

Meski begitu, Beaino berharap perayaan kecil di hari suci itu akan membantu menjaga semangat masyarakat tetap kuat. “Segera setelah ada gencatan senjata, kami akan membuka kembali sekolah tersebut,” katanya.

Charbel Louka, 12 tahun, datang ke pembagian mainan bersama keluarganya, yang tinggal di desa terdekat Debel. Pada awalnya, Louka mengatakan dia takut dengan suara tembakan, “tetapi setelah beberapa saat, kami menjadi terbiasa.”

Menambah catatan suram menjelang liburan Natal ini, badai besar membanjiri jalan-jalan di seluruh negeri pada hari Sabtu, menyebabkan mobil-mobil terapung dan menewaskan empat anak pengungsi Suriah di Lebanon utara ketika langit-langit rumah mereka runtuh dan bangunan terendam banjir.

Di desa Rmeish di bagian selatan, sekitar dua kilometer dari perbatasan, di mana asap mengepul setiap hari dari perbukitan di sekitarnya akibat penembakan dan serangan udara, Walikota Milad Alam mengatakan “tidak ada suasana liburan sama sekali.”

Gereja lokal telah membatalkan Misa malam Natal seperti biasanya karena masalah keamanan, tetapi akan mengadakannya pada pagi hari di Hari Natal. Sinterklas akan membagikan hadiah pada Minggu sore kepada beberapa anak yang tersisa di desa.

“Ini bukan perayaan, ini hanya untuk membiarkan anak-anak sedikit bersenang-senang,” kata Alam.

Di kota Rashaya al-Fukhar, pemerintah kota memasang pohon Natal yang dihiasi bola merah dan lampu di alun-alun kota yang sebagian besar sepi.

“Orang-orang yang mempunyai anak membawa mereka keluar dari sini, pertama karena keselamatan mereka dan kedua agar mereka tidak putus sekolah,” kata anggota dewan kota Wassim Al-Khalil. “Yang tersisa lebih tua, seperti saya.”

Marwan Abdullah, seorang warga desa tersebut, mengatakan keluarganya “terpisah dan tersebar di berbagai tempat.”

“Bisa saja kalau situasinya stabil kita berkumpul untuk liburan,” katanya. “Saya berharap akan terjadi kedamaian dan ketenangan, apalagi di hari perayaan kelahiran Yesus Kristus yang memberikan kedamaian dan niat baik terhadap bumi.” (AP)

Editor : Sabar Subekti


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home