Umat Kristen Terancam di Suriah
RAQQA, SATUHARAPAN.COM – Konflik Suriah makin tidak jelas jalan penyelesaiannya. Sementara itu korban terus berjatuhan.
Salah satu kelompok yang paling terancam dalam konflik itu adalah komunitas Kristen Suriah. Seperti dilaporkan BBC Februari lalu, di bagian utara kota Raqqa yang dikuasai kelompok jihadis ISIL (The Islamic State in Iraq and the Levent, atau ad-Dawla al-IslÄmiyya fi al-'IrÄq wa-sh-ShÄm) mulai menerapkan hukum “perlindungan bagi kelompok minoritas non-Muslim” (dhimmi) pada komunitas Kristen Suriah di wilayah itu.
Pengumuman itu disebarkan melalui jaringan maya yang menyerukan bahwa orang Kristen di Raqqa harus membayar “pajak” sebesar 14 gram emas murni, sebagai ganti “perlindungan” yang akan diberikan oleh ISIL. Umat Kristen juga tidak boleh merenovasi gereja, memasang tanda salib atau simbol-simbol keagamaan lain di luar gereja, entah itu membunyikan lonceng atau melakukan ibadah di tempat umum. Umat Kristen juga tidak diijinkan membawa senjata dan harus mematuhi aturan-aturan yang ditetapkan oleh ISIL.
Dalam pernyataan itu, kelompok ISIL mengaku sudah bertemu dengan wakil-wakil dari komunitas Kristen dan menawarkan tiga pilihan: berpindah agama masuk Islam, menerima “perlindungan” ISIL dengan syarat yang sudah dikemukakan, atau menolak dan berisiko terbunuh. “Jika mereka menolak, maka mereka menjadi target yang sah, dan tidak ada yang menengahi antara mereka dengan ISIL selain pedang,” kata pernyataan tersebut. Konon, sekitar 20 pimpinan umat Kristen di situ menerima aturan yang ditetapkan ISIL.
Umat Kristen memang minoritas di kota Raqqa. Jumlahnya kurang dari 1% penduduk Raqqa yang mencapai sekitar 300.000 jiwa sebelum perang meletus, seperti disebut AFP. Karena serangan ISIL, banyak umat Kristen yang melarikan diri dari sana.
Rusia Tembakkan Rudal Balistik Antarbenua, Menyerang Ukraina
KIEV, SATUHARAPAN.COM-Rusia meluncurkan rudal balistik antarbenua saat menyerang Ukraina pada hari K...