UNESCO Membenahi Organisasi, Berharap Amerika Serikat Kembali Bergabung
PARIS, SATUHARAPANCOM-Tiga tahun setelah Amerika Serikat keluar dari UNESCO, badan kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa, karena tuduhan bias anti Israel, para diplomat mengatakan badan yang berbasis di Paris itu telah berhasil menertibkan organisasinya, dan berpotensi memudahkan jalan bagi kembalinya AS.
Badan itu, yang didirikan setelah Perang Dunia Kedua untuk melindungi warisan budaya umat manusia, masuk dalam kekacauan setelah AS, yang menyediakan seperlima dari pendanaannya, mundur.
Ini menggarisbawahi skeptisisme yang diungkapkan oleh Presiden dari Partai Republik, Donald Trump, tentang perlunya AS tetap terlibat dalam badan multilateral dan meninjau beberapa perjanjian dan organisasi internasional.
Namun hal itu mungkin akan berubah. Meskipun tidak ada kontak langsung dengan pemerintahan yang akan datang, para diplomat mengatakan Presiden terpilih dari Partai Demokrat, Joe Biden, terbuka untuk kembali, meskipun masalah kongres mungkin memperlambatnya.
"Penarikan AS itu sulit, tapi memungkinkan (UNESCO) untuk kembali ke dasar," kata seorang diplomat Eropa. "Itu berarti mencoba mendepolitisasi masalah, terutama yang berkaitan dengan masalah Israel-Palestina, yang didahulukan dari segalanya."
Tuduhan Bias
UNESCO, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa, terkenal karena menunjuk dan melindungi situs arkeologi dan warisan dunia, dari Kepulauan Galapagos hingga makam Timbuktu, Mali.
Sebagian besar aktivitasnya tidak kontroversial, tetapi ketika sampai pada resolusi tentang bagaimana situs keagamaan harus dijalankan di Yerusalem, setiap kata dipelajari dengan tuduhan bias.
Menurut para diplomat, ketegangan tersebut telah mereda dengan resolusi yang sekarang lebih mudah disahkan setelah mediasi langsung antara UNESCO dan kedua pihak, meskipun Israel juga menarik diri dari organisasi tersebut.
“UNESCO melakukan perbaikan dalam hal meredakan beberapa ketegangan politik dan polarisasi. Ini dikelola dengan lebih baik, dan lebih baik secara finansial," kata Henok Teferra Shawl, utusan Ethiopia untuk badan tersebut, mengatakan kepada Reuters.
Dia menambahkan bahwa direktur jenderalnya, Audrey Azoulay, pekan lalu didukung oleh mayoritas dari 58 negara anggota Dewan Eksekutif menjelang pemilihan tahun depan, membuka pintu untuk pemilihan ulangnya, hal yang sangat kontras dengan kampanye pahit pada tahun 2017.
Masalah Keuangan
Badan itu harus mengisi lubang keuangan yang menganga. Amerika Serikat pergi dengan tunggakan sebsar US$ 542 juta. Pada 2017, anggaran UNESCO sekitar US$ 300 juta adalah setengah dari anggaran tahun 2012, yang berarti mereka terpaksa menghentikan perekrutan, memotong program, dan mengisi celah dengan kontribusi sukarela.
UNESCO mengatakan anggaran dari negara-negara anggota sekarang sebesar US$ 534,6 juta, dengan US$ 189 juta lagi berasal dari kontribusi anggaran sukarela tambahan.
Kembalinya AS, yang dilakukan melalui surat yang memberi tahu badan tersebut, juga berarti bahwa Washington akan membayar tunggakannya pada tahap tertentu. Biden juga memiliki sejarah dengan organisasi tersebut. Dia pergi ke UNESCO ketika dia menjadi wakil presiden dan istrinya, Jill, telah terlibat dalam program pengajaran sebelumnya.
Tetapi ada hal-hal mungkin rumit mengingat undang-undang AS yang melarang AS mendanai badan-badan PBB yang telah mengakui Palestina sebagai anggota penuh. "Biden telah mengatakan bahwa dia ingin memperbarui dengan multilateralisme, jadi UNESCO harus menjadi salah satu dari mereka yang diuntungkan dari itu, tetapi masalah Palestina mungkin mempersulit kecepatan kepulangan itu," kata seorang pejabat AS yang meminta namanya tidak disebutkan. (Reuters)
Editor : Sabar Subekti
Gagal Pameran di Galeri Nasional, Yos Suprapto Tarik Lukisan...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Pelukis Yos Suprapto mengungkapkan alasan pameran tunggalnya di Galeri Nasi...