UNHCR: Perempuan dan Anak Migran Beresiko Kekerasan Seksual
JENEWA, SATUHARAPAN.COM - Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa Bangsa (UNHCR) memperingatkan bahwa perempuan dan anak-anak migran dan pengungsi beresiko menderita traumatis akibat pelecehan dan kekerasan seksual saat beraktivitas di Eropa.
“Kami menerima sejumlah kesaksian yang meningkat jumlahnya selama beberapa minggu terakhir tentang kekerasan seksual, itulah sebabnya mengapa kita akan jelaskakn ke publik tentang keprihatinan kami," kata juru bicara UNHCR Melissa Fleming, hari Jumat (23/10) di Jenewa seperti diberitakan Xinhua.
Berdasarkan sejumlah kesaksian kredibel, Badan Pengungsi PBB mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak dihadapkan dengan risiko tersebut sebelum tiba di Eropa, dan di berbagai wilayah negara yang memiliki pantai di Uni Eropa. UNHCR mencatat 34 persen dari pengungsi dan migran tiba di Eropa adalah perempuan dan anak-anak.
Melissa menuturkan bahwa kekerasan terjadi terutama di pusat-pusat penerimaan migran yang penuh sesak atau di tempat-tempat di mana para migran dan pengungsi berkumpul, seperti taman, kereta api dan stasiun bus serta pinggir jalan seperti ini sering penuh sesak, kekurangan pencahayaan yang memadai dan ruang terpisah untuk wanita lajang dan keluarga dengan anak-anak.
“Saya pernah mendengar kesaksian sangat mengganggu anak-anak terkena pelecehan seks," Fleming menambahkan.
Seiring dengan meningkatkan pelecehan dan kekerasan seksual ini, UNHCR meminta semua pemerintah yang bersangkutan di Uni Eropa untuk mengambil berbagai langkah yang memuaskan untuk melindungi populasi yang sangat rentan.
Sehari sebelumnya, Kepala Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker mengecam negara-negara anggota Uni Eropa karena tidak menghormati janji bantuan kemanusiaan mereka untuk mengatasi krisis imigran. Dia mengatakan bahwa “aksi segera” dibutuhkan.
Juncker menyebut beberapa negara anggota Uni Eropa menjanjikan total bantuan sebesar 2,3 miliar euro (sekitar Rp 35,2 triliun) untuk menangani krisis tetapi sejauh ini hanya memberikan 275 juta euro (sekitar Rp 4,23 triliun).
“Jangan hanya sekadar berpuisi atau berjanji, mari beraksi karena ada urgensi. Kami harus sadar akan tanggung jawab kami,” ujar Juncker. (xinhuanet.com/AFP).
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...