Uni Eropa Hadapi Perpecahan Jelang KTT Bahas Masalah Migrasi
SALZBURG, SATUHARAPAN.COM – Perpecahan di antara negara anggota Uni Eropa tampaknya akan mengancam konferensi puncak (KTT) kelompok itu untuk membahas masalah migrasi, yang diadakan hari Rabu (19/9) di Kota Salzburg, Austria.
Uni Eropa menghendaki agar pasukan perbatasan kelompok itu ditempatkan di semua perbatasan Uni Eropa, tapi negara-negara yang terletak di perbatasan Uni Eropa seperti Hongaria, ingin menjaga perbatasan mereka sendiri.
Enam puluh migran dari Afrika diselamatkan di Laut Tengah hanya beberapa saat sebelum perahu karet mereka tenggelam dilanda ombak. Orang-orang itu diselamatkan hari Sabtu oleh pasukan penjaga pantai Spanyol.
Ini adalah operasi penyelamatan terbaru tahun ini pada jalur Laut Tengah barat, tempat lebih dari separuh migran berusaha masuk ke negara Uni Eropa. Kebanyakan migran berasal dari Guinea, Mali, dan Maroko.
Meskipun jumlah migran yang masuk ke Eropa turun 40 persen tahun ini, isu migrasi terus menguasai perdebatan politik tentang kebijaksanaan Uni Eropa.
Ketika berkunjung ke Paris hari Senin (17/9) menjelang KTT di Salzburg itu, Kanselir Austria Sebastian Kurz menyerukan peningkatan peran polisi perbatasan Uni Eropa atau “Frontex” untuk menjaga seluruh perbatasan kelompok itu.
“Untuk menjaga perbatasan, negara-negara terdepan perlu mendapatkan dukungan kita, dan mereka juga memerlukan solidaritas kita. Tapi mereka juga harus mau menerima bantuan dan dukungan dari Uni Eropa.”
Ini adalah pesan terselubung yang ditujukan pada negara-negara di perbatasan seperti Italia dan Hongaria, yang pemerintahnya berulang kali menyalahkan Uni Eropa atas timbulnya krisis migran ini.
Ketika berbicara di muka parlemen hari Senin, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban menyampaikan tanggapannya yang keras atas usul Uni Eropa itu.
Kata Orban, Hongaria lebih sanggup melindungi perbatasannya dibanding negara lain dalam Uni Eropa atau organisasi internasional lain, dan karena itu Hongaria tidak akan melepaskan hak untuk menjaga perbatasannya sendiri.
Kelompok kiri dan kanan dalam Uni Eropa juga terpecah dalam menanggapi soal migrasi, kata analis Leopold Traugott dari kelompok Open Europe.
“KTT itu adalah perjuangan antara kelompok progresif yang ingin terus membuka Eropa bagi pencari suaka, dan kelompok garis keras yang ingin membangun tembok atau membentengi Eropa,” ujarnya.
KTT itu juga akan membicarakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, dan Dana Moneter Internasional mengatakan, kalau tidak dicapai kata sepakat tentang Brexit itu, perekonomian Inggris akan menderita “kerugian besar.” (Voaindonesia.com)
Editor : Sotyati
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...