UNICEF: Anak-anak Rohingya Bagai Hidup di Neraka
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM – 340.000 anak-anak Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh menderita kekurangan gizi, berbagai penyakit dan trauma psikologis. Ini menurut laporan terbaru dari badan urusan anak-anak PBB, UNICEF.
Satu dari lima anak-anak Rohingnya yang usianya di bawah lima tahun, diperkirakan dalam kondisi kekurangan gizi akut dan membutuhkan perawatan dokter. Demikian menurut Simon Ingram, yang menghabiskan waktu selama dua minggu bersama para pengungsi di Bangladesh sebelum menulis laporan bagi UNICEF. “Anak-anak ini merasa terabaikan, terisolasi tanpa bantuan,” katanya
Anak-anak dan keluarganya hanya memiliki lembaran plastik untuk berteduh jika hujan turun. Walaupun organisasi bantuan telah memperluas operasinya di Bangladesh, persediaan air bersih dan fasilitas sanitasi masih kurang. Ini meningkatkan risiko menyebarnya wabah penyakit.
Ingram mengatakan, anak-anak tersebut bercerita atau menggambar rumah yang terbakar, barang-barang yang hancur atau kekerasan brutal terhadap perempuan dan anak-anak.
"Masalah ini tidak akan selesai dalam waktu dekat,” kata Simon Ingram. “Penting agar perbatasan terus terbuka dan anak-anak dilindungi. Begitu juga anak-anak yang lahir di Bangladesh, harus tercatat kelahirannya.”
“Kami mengulang seruan akan pentingnya pelindungan bagi semua anak di Rakhine. Kekejaman terhadap anak-anak dan warga sipil harus segera berakhir, “ kata Ingram.
Senin (23/10) PBB akan menggelar pertemuan donor di Jenewa untuk mengumpulkan dana bantuan sebesar 434 juta Dolar AS (Rp5,9 triliun) bagi pengungsi Rohingnya.
Kisah Pengungsi Rohingya di Perbatasan Myanmar
Sebagian besar pengungsi Rohingya adalah perempuan dan anak-anak. Wanita dan anak-anak Rohingya itu, juga harus melewati sungai, di jalan yang panjang untuk mencapai Bangladesh. Menurut Badan Pengungsi PBB (UNHCR) sekitar 2,5 juta pengungsi Rohingya telah tiba di Bangladesh sejak 25 Agustus 2017.
Rumah-rumah keluarga Rohingya di daerah Maungdaw dan Rasidong dibakar selama tiga hari. Banyak orang terpaksa berhenti di sisi jalan, setelah melintasi malam di bawah langit terbuka. Pemerintah Bangladesh berupaya menampung semua pengungsi di tempat penampungan yang luas.
Lebih dari 200.000 bayi Rohingya kini berada di Bangladesh. Menurut UNHCR lebih dari 1.100 anak datang dari Rakhine tanpa disertai orang tua.
Rohingya yang cari perlindungan di daerah Teknaf menderita kekurangan makanan akut. Untuk dapat makanan mereka harus berebutan. (dw.com)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...