UNICEF Minta Bantuan Bagi Ribuan Anak Terdampak Konflik Mali
BAMAKO, SATUHARAPAN.COM – Badan Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi Pendidikan dan Anak-anak (UNICEF) meminta bantuan segera guna membantu lebih dari 380.000 anak-anak agar tetap bersekolah di wilayah terdampak konflik di Mali.
"Anak-anak di Mali utara tahu bahwa mereka terdampak konflik, akibatnya sekarang mereka mengalami kemiskinan dan kekurangan," kata Fran Equiza, Perwakilan UNICEF di Bamako, Mali, seperti diberitakan situs resmi PBB, un.org, hari Sabtu (19/12).
"Pendidikan adalah harapan terbaik mereka untuk masa depan,” kata Fran.
Data UNICEF, hari Jumat (18/12) mencatat ribuan anak yang ada di daerah terdampak konflik dari Mali utara, saat ini memperoleh dana yang terbatas selain untuk pendidikan, juga untuk pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-hari.
Fran memerinci anak-anak yang membutuhkan bantuan berusia tujuh sampai 15 tahun, Fran menjelaskan anak-anak setiap hari keluar dari sekolah di daerah yang tidak aman di bagian utara Mali.
Situasi ini, menurut Fran, terjadi hampir empat tahun karena situasi keamanan memburuk di bagian negara.
Data UNICEF menyebut lebih dari 280 sekolah di daerah yang terkena dampak konflik di Mali utara ditutup, banyak dari mereka yang tidak mendapat akses pendidikan hampir tiga tahun berturut-turut.
Di salah satu daerah yang paling parah terdampak konflik di Kidal, Mali, UNICEF mencatat bahwa 79 persen dari sekolah tetap ditutup, walau perjalanan menuju sekolah tetap aman.
Kekerasan akibat perang menyebabkan kekurangan guru, dan menurut UNICEF, hampir 600 guru telah melarikan diri dari daerah konflik atau tidak lagi melaporkan untuk bekerja karena ketidakamanan.
Mengingat semua ini, UNICEF menyerukan bantuan pendidikan untuk anak-anak, dan menyerukan hak mereka atas pendidikan.
UNICEF juga menggelar kampanye, melalui dunia maya, yang disebut 'Setiap Hitungan Anak,' dalam pernyataan UNICEF tersebut dijelaskan bahwa kampanye ‘Setiap Hitungan Anak’ dana yang dikumpulkan akan memberi kesempatan pelatihan dan bahan pembelajaran bagi 2.000 guru, pembelian kit individual untuk siswa dan peralatan sekolah untuk mencapai 100.000 anak-anak, pembiayaan kegiatan pembangunan perdamaian untuk 100.000 anak-anak, dan pengadaan 10.000 buku mempromosikan perdamaian dan non-diskriminasi bagi siswa dan masyarakat.
Meskipun kebutuhan besar, program UNICEF di negara tersebut terhalang oleh dana yang terbatas. UNICEF telah menerima kurang dari Rp 4,66 miliar dolar yang dibutuhkan untuk pendidikan, perlindungan, kesehatan, gizi dan air, sanitasi dan kebersihan inisiatif.
"Mimpi membangun masa depan yang lebih baik bagi anak-anak Mali tergantung pada tindakan sekarang," kata Equiza.
Dia menekankan bahwa akses bagi kemanusiaan saat ini tidak bisa datang cukup cepat bagi mereka yang kehilangan begitu banyak harta. “Pendidikan adalah harapan terbaik mereka untuk masa depan,” kata Equiza. (un.org).
Editor : Bayu Probo
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...