United Airlines Bantah Mendiskriminasi Muslim di Pesawatnya
INDIANAPOLIS, SATUHARAPAN.COM – Maskapai penerbangan AS, United Airlines, membantah telah melakukan diskriminasi terhadap Tahera Ahmad, seorang cendekiawan Muslim yang jadi penumpang pesawat mereka, yang menghebohkan dunia maya dengan tuduhan diperlakukan diskriminatif ketika meminta minuman kaleng yang belum dibuka. United Airlines mengatakan yang terjadi adalah kesalah-pahaman antara awak pesawat dengan Tahera.
Sebagaimana dilaporkan oleh CNN, Tahera Ahmad, 31 tahun, sedang dalam penerbangan ke Chicago dari Washington pada hari Sabtu (30/5) ketika peristiwa yang dianggapnya sebagai diskriminasi itu terjadi. Ketika ia disuguhi minuman bersoda yang sudah dituang ke dalam gelas, ia meminta minuman yang masih utuh dalam kaleng yang belum dibuka.
Pada saat itulah pramugari yang melayaninya mengatakan bahwa para penumpang tidak disuguhi minuman kaleng yang masih tertutup karena ia dapat digunakan menjadi senjata di pesawat.
Tidak puas dengan jawaban itu Tahera menunjuk penumpang yang duduk bersebelahan dengannya. Pria itu disuguhi minuman kaleng bir yang masih utuh. Melihat hal itu, Tahera memprotes mengapa pria di sebelahnya tidak diperlakukan seperti dirinya. Seketika itu juga pramugari mengambil bir dalam kaleng itu dan lalu membukanya.
Tahera yang pergi ke Chicago untuk menghadiri dialog antara pemuda Palestina dan Israel, semakin merasa kecewa karena ketika ia mencoba meminta pendapat dan bantuan dari sesama penumpang atas perlakuan yang dia anggap diskriminatif tersebut, yang ia peroleh malahan justru ejekan.
"Karena kau Muslim, kau seharusnya tutup mulutmu!" kata seorang penumpang wanita, menggunakan kata kasar.
Lalu seorang penumpang pria tiba-tiba mendekatinya, dan mengatakan kata-kata yang tidak kalah kasarnya. "Ya, kau bisa menggunakannya sebagai senjata. Jadi tutup mulutmu," tulis Tahera, menceritakannya kembali.
Kejadian itu, ditambah tidak adanya dukungan terhadap dirinya di atas pesawat, membuat Tahera tidak berdaya dan hanya bisa menangis.
"Saya hanya bisa menangis, karena saya kira mereka akan membela saya. Beberapa orang hanya melihat," ujar Tahera.
Peristiwa ini memicu kecaman dan dukungan dari para pengguna sosial media. Bahkan di Twitter muncul hashtag dukungan untuk Tahera, yaitu #unitedfortahera. Seruan boikot United Airlines juga berdatangan.
"Saya ingin @united tahu bahwa kami jijik dengan kebencian ini," tulis Suhaib Webb, salah seorang imam di Amerika dalam akun Twitternya.
Dalam pernyataannya, juru bicara United Charles Hobart mengatakan bahwa maskapainya menyesalkan peristiwa itu. Dia juga menegaskan bahwa United mendukung keragaman dan menentang diskriminasi.
Hobart juga menyatakan akan bertemu dengan Tahera untuk membicarakan masalah ini.
"Ini bukan tentang United Airlines. Ini tentang kebencian dan rasisme dan negara ini tengah melalui masa sulit saat ini. Dr. Martin Luther King Jr. dan yang lainnya telah bekerja keras agar warga Amerika tidak menilai orang lain berdasarkan warga kulit, agama atau etnis, tapi sepertinya kita masih mengalaminya," kata Tahera.
Kepada Chicago Sun-Times, Tahera mengatakan bahwa pramugari serta pilot pesawat yang ditumpanginya kemudian meminta maaf.
"Pramugari juga mengakui bahwa orang yang berteriak pada saya telah salah untuk melakukannya dan meminta maaf atas perilakunya yang menyebabkan itu," kata Tahera. "Dia mengakui itu tidak etis dan mengatakan ia seharusnya tidak mengatakan apa-apa."
Penerbangan ini dijalankan oleh Shuttle America, sebuah maskapai penerbangan regional yang berbasis di Indianapolis, Indiana, Yang beroperasi di bawah maskapai milik Inggris dan mitra lainnya.
Perusahaan Inggris itu mengatakan kepada Sun-Times bahwa itu membahas insiden dengan Shuttle America.
Sementara itu dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu, United Airlines menyebut bahwa insiden itu merupakan "kesalahpahaman," dan menambahkan bahwa pramugari mencoba beberapa kali untuk mengakomodasi permintaan Tahera.
Awak pesawat juga bertemu dengan Tahera setelah penerbangan untuk memberikan bantuan dan membahas lebih lanjut masalah ini, kata perusahaan penerbangan itu.
"Selain itu, kami berbicara dengan Ibu Tahera siang ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari apa yang terjadi dan meminta maaf karena tidak memberikan layanan pelanggan kami harapkan ketika bepergian dengan kami," kata pernyataan itu.
Tahera adalah salah satu tokoh Muslimah paling berpengaruh di AS, berdasarkan Northwestern University. Dia juga pernah diundang oleh Presiden Obama dalam acara buka puasa di Gedung Putih.
Wanita kelahiran India yang besar di Illinois ini telah mendapatkan perlakuan kasar sejak Islam disudutkan usai serangan teroris 11 September 2001. Tahera pernah diludahi di jalan dan ditarik hingga robek jilbabnya.
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...